Minggu, 20 Maret 2011

ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL BELENGGU KARYA ARMINJ PANE


ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL BELENGGU ‘KARYA ARMINJ PANE”

Menurut Nurgiyantoro (1994:126) unsur  unsur struktural karya satra adalah sebagai berikut:
a.       Tema
Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra (Sudjiman, 1994:54).
Tema yang terdapat dalam novel “Belenggu Karya Arminj Pane” Kritik Sosial Dan Politik tentang problematika Cinta segita.
b.      Alur
Staton (1965:14) mengemukakan alur adalah cerita yang berisi kejadian, tetapi kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab – akibat, peristiwa yang disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa lain. Alur adalah tulang punggung dari sebuah cerita karena alur merupakan jalannya cerita.
Alur dalam Novel Belenggu termasuk alur maju.
c.       Penokohan
Sebagain tokoh – tokoh karya fiksi adalah tokoh – tokoh rekaan yang dimaksud tokoh cerita adalah individu rekaan yang mengalami cerita kendati berupa rekan atau hasil imajinasi pengarang, masalah penokohan tidak bisa dipisahkan dari suatu karya sastra dan merupakan suatu bagian yang penting dalam membangun sebuah cerita (Nurgiyantoro,1994:66).
Tokoh – tokoh yang terdapat dalam novel Belenggu meliputi: Dokter Sukartono (Tono), Sumartini (Tini), dan Siti Rohayah (Yah)
d.      Latar/Setting
Latar dimaksudkan untuk mengidentifikasi situasi yang tergambar dalam cerita. Keberadaan elemen latar pada hakikatnya tidaklah hanya sekedar menyatakan di mana, kapan, dan bagaimana situasi peristiwa berlangsung, melainkan keterkaitan dengan gambaran tradisi, karakter, perilaku sosial dan pandangan masyarakat pada waktu cerita ditulis (Sudjiman.1994:46).
Latar tempat dalam novel belenggu: Rumah sukartono, Rumah sakit
Latar waktu meliputi: Siang hari, malam hari
e. Amanat
 Novel Belenggu menyimpan banyak makna yang mendalam di setiap konflik yang dimuculkan. Kritik sosial yang tajam dalam kisah ini bisa menjadi sebuah pembelajaran bagi para generasi muda dalam menjalani kehidupan yang terhegemoni oleh sebuah sistem yang menindas. Dan semua itu berlaku terhadap semua orang, baik itu tua-muda, kaya-miskin, dan juga pria-wanita.


Minggu, 27 Februari 2011

Resensi Buku “Stilistika: Teori, Metode, Dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa” Karya Ali Imron Al-Ma’ruf

Resensi Buku “Stilistika: Teori, Metode, Dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa” Karya Ali Imron Al-Ma’ruf

Judul Buku : Stilistika: Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa
Penulis : Ali Imron Al-Ma’ruf
Penerbit : Cakra Books Solo
Tahun terbit : 2009
Kota terbit : Surakarta
Tebal : 194 halaman

Buku Stilistika ini merupakan sebuah pengantar teori pengkajian estetika bahasa karya sastra. Stilistika merupakan cabang Linguistik terapan yang memfokuskan studinya pada estetika bahasa dengan segala keunikan dan kekhasannya dalam berbagai karya, baik karya satra, iklan, maupun wacana lainnya. Sebagai sebuah cabang keilmuan, Stilistika tergolong relatif baru dan kini banyak sekali komunitas linguistik dan sastra yang berminat mendalaminya.
Pembahasan tentang style’gaya bahasa dalam stilistika pada buku ini dijelaskan sangat jelas dan terperinci, misalnya dalam pembahasan style’ gaya bahasa terdapat pengertian dari beberapa tokoh antara lain menurut Abraham (gaya bahasa adalah cara pemakaian bahasa dalam karangan atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang ingin liungkapkan ), Ratna ( gaya bahasa adalah keseluruhan cara pemakaian (bahasa) oleh pengarang dalam karyanya ), dan menurut Leech dan Short (gaya bahasa adalah cara pemakaian bahasa dalam konteks tertentu, oleh pengarang tertentu, dan untuk tujuan tertentu. Selain itu juga terdapat fungsi gaya bahasa dalam karya sastra antara lain:
a.Meninggikan selera
b.Mempengaruhi atau meyakinkan pembaca
c.Menciptakan keadaan perasaan hati
d.Memperkuat efek terhadap gagasan
(Sudjiman, 1955: V-VI).
Stilistika berkedudukan sebagai teori dan pendekatan penelitian karya sastra yang berorientasi linguistik, Stilistika juga mempunyai tujuan yaitu :
a.Untuk menghubungkan perhatian kritikus sastra dalam apresiasi estetik dengan perhatian linguis dalam deskripsi linguistik.
b.Untuk menelaah bagaimana unsur-unsur bahasa ditempatkan dalam menghasilkan pesan-pesan aktual lewat pola-pola yang digunakan dalam sebuah karya sastra.
c.Untuk menghubungkan intuisi-intuisi tentang makna-makna dengan pola bahasa dalam teks.
d.Untuk menuntun permahaman yang lebih baik.
e.Untuk menemukan prinsip-prinsip artistik yang mendasari pemilihan bahasa seorang pengarang.
f.Akan menemukan kiat pengarang dalam memanfaatkan bahasa sebagai sarana pengungkapan makna dan efek estetik bahasa (Sudjiman, 1955:v-vi)
Menurut Junus (dalam Ali Imron, 2009: 19) menyatakan bahwa bidang kajian stilistika dapat meliputi bunyi bahasa, kata, dan struktur kalimat. Sedangkan Sudjiman ( dalam Ali Imron, 2009: 19-20) mengartikan style sebagai gaya bahasa dan gaya bahasa itu sendiri mencakup diksi, struktur kalimat, majas, citraan, pola rima serta mantra yang digunakan seorang pengarang yang terdapat dalam sebuah karya sastra.
Kajian stilistika sendiri meliputi stilistika genetis dan stilistika deskriptif. Stilistika genetis adalah pengkajian stilistika individual sastrawan berupa penguraian ciri-ciri gaya bahasa yang terdapat dalam salah satu karya sastranya atau keseluruhan karya sastranya, baik prosa maupun puisi. Sedangkan stilistika deskriptif adalah pengkajian gaya bahasa sekelompok sastrawan atau sebuah angkatan sastra, baik ciri-ciri gaya bahasa prosa maupun puisi.
Sisi lain yang menarik dari buku ini adalah adanya pembahasan mengenai penelitian stilistika puisi dan penelitian stilistika fiksi. Seperti yang kita tahu bahwa stilistika adalah proses menganalisis karya sastra dengan mengkaji unsur-unsur bahasa sebagai medium karya sastra yang digunakan sastrawan sehingga terlihat bagaimana perlakuan sastrawan terhadap bahasa dalam rangka menuangkan gagasanya.
Apabila pembaca ingin mengetahui lebih jelas tentang seluk beluk stilistika maka silahkan beli bukunya dan nikmati manfaat mempelajari buku ini. Yang terpenting dari buku ini adalah mengupas pembahasan penting tentang stilistika, antara lain : Style’ Gaya Bahasa’ dan Stilistika, Fungsi Style ‘ Gaya Bahasa’ dan Tujuan Stilistika, Bidang Kajian dan Jenis Kajian Stilistika, Stilstika, Estetika, Retorika, dan Ideologi, Style ‘ Gaya Bahasa, Ekspresi Pengarang, dan Gagasan, Kajian Linguistik dan Karya Satra, Stilistika dan Semantik dalam Kajian Stilistika, Kajian Stilistika dalam Karya Sastra, Teori Semiotik, Interleks, Resepsi Sastra, dan Hermeneutik dalam Pengkajian Stilistika, Tahapan dalam Pengkajian Stilistika Karya Sastra, Gaya Bahasa dan Sarana Retorika dalam Karya Sastra, dan Lampiran mengenai Penelitian Stilistika Puisi dan Fiksi.
Kekurangan pada buku ini yaitu tidak disertai dengan editing yang baik, sehingga mengganggu pembaca dalam memahami materi. Terdapat tulisan yang salah ketik. Salah satunya kata stilistika ditulis tilistika dan kesannya buku ini merupakan penelitian dari pengalaman-pengalaman dari penulis sehingga antara bab satu dengan bab yang lainnya kelihatan terpisah. Terbukti ada lampiran penelitian tentang stilistika puisi dan fiksi yang diletakkan dibelakang.

makaLAH TENTANG SINTAKSIS








KULTUM










































BAB I
PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang
Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, kita akan mempelajari salah satu cabang linguistic yaitu sintaksis, di dalam sintaksis terdapat berbagai macam kalimat, tetapi disini kita akan mengkaji kalimat majemuk. Yang mana kalimat majemuk sendiri adalah suatu kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Berdasarkan sifatnya, ada dua jenis hubungan klausa, yakni hubungan koordinasi ddan hubungan subordinasi. Dengan hubungan koordinasi digabungkan antara  klausa satu dengan klausa yang lain yang masing – masing mempunyai kedudukan yang sama dalam struktur konstituennya. Jika sebuah klausa berfungsi sebagai konstituen klausa yang lain, hubunan yang terdapat diantara dua klausa itu disebut subordinasi. Hubungan subordinasi dapat bersifat melengkapi (komplementif) dan dapat bersifat mewatasi atau menerangkan (atributif).




  1. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana definisi kalimat majemuk ?
  2. Bagaimana macam- macam kalimat majemuk ?

  1. Tujuan Penulisan
1.   Mendiskripsikan bagaimana definisi kalimat majemuk
2.   Memaparkan bagaimana macam- macam kalimat majemuk

  1. Manfaat Penulisan
  1. Agar mahasiswa dapat mendiskripsikan bagaimana definisi kalimat majemuk
2.      Agar mahasiswa dapat memaparkan bagaimana macam- macam kalimat majemuk










BAB II

PEMBAHASAN



Pengertian kalimat majemuk

Sebagai batasan pengertian kalimat majemuk dapat di katakana bahwa: kalimat majemuk adalah  kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih.
Batasan ini diturunkan sebagai hasil dari tinjauan secara statis, melihat apa yang di hadapi sekarang atau melihat hasil yang sudah jadi. Tetapi dapat pula melihat dari segi yang lebih dinamis yaitu dari sejarah terbentukanya kalimat tersebut. Selain itu dapat pula melihat bahwa dua pola kalimat yang terkandung dalam sebuah kalimat majemuk itu terjadi karena menggabungkan dua macam pola kalimat atau lebih menjadi satu kalimat; atau dapat terjadi bahwa menghadapi satu pola kalimat, tetapi dengan mempergunakan tehnik perluasan, akhirnya mendapatdua pola kalimat atau lebih dalam kaliamat perluasan tadi.
Dengan bertolak dari uraian di atas dapat menurunkan batasan-batasan yang lain untuk kalimat majemuk sebagai berikut :
1.      Kalimat majemuk adalah kalimat tunggal yang bagian-bagian di perluas sedemikian rupa, sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat yang baru di samping pola yang sudah ada.
Contoh:
Anak itu menendang bola
Anak, yang kau sebut kemarin itu, menendang bola.
2.      Kalimat majemuk adalah penggabungan dari dua kalimat tunggal atau lebih , sehingga kaliamt yang baru ini mengandung dua pola kalimat atau lebih.
Contoh:
Ayah menulis surat
Adik berdiri di sampingnya
Ayah menulis surat, sambil adik berdiri di sampingnya
Kedua macam batasan terakhir ini hanya melihat sejarah pembentukanya. Dalam kenyataanya dapat langsung menghadapi suatu kalimat yang mendukung suatu rangkaian tanggapan, tanpa memikirkan proses terjadinya.proses pembentukanya boleh dipergunakan sebagai penjelasan analisa tentang bagaimana terbentuknya kaliamt majemuk, tetapi bukan mencakup seluruh sifat kalimat-kalimat itu.
Macam-macam kalimat majemuk
Dalam menghadapi klasifikasi kalimat-kalimat majemuk, dasar yang du gunakan adalah melihat hubungan antara pola-pola kalimat yang membina kalimat majemuk tersebut. Bila kalimat majemuk itu terjadi karena salah satu bagiannya mengalami perluasan, sudah jelas bahwa pola kalimat yang baru di bentuk akibat perluasan tadi akan lebih rendah kedudukanya daripada pola kalimat yang pertama. Tetapi kalimat majemuk yang terjadi karena penggabungan dua atau lebih kalimat tunggal, maka sifat hubunganya atau sederajat, atau satu di tempatkan di bawah yang lain.
Sebab itu sifat hubungan pola-pola kalimat dalam sebuah kalimat majemuk dapat bersifat:
a.       Sederajat ( koordinatif ) : kedudukan pola-pola kalimat sama tinggi, tidak ada pola-pola kalimat yang menduduki suatu fungsi dari pola yang lain.
b.      Bertingkat (subordinatif ) : hubungan antara pola-pola kalimat tidak sederajat, karena ada pola kalimat yang menduduki suatu fungsi dari pola yang lain.
c.       Campuran : hubungan antara pola-pola kalimat itu dapat sederajat dan bertingkat. Hubungan ini terjadi kalau dalam kalimat majemuk itu terdapat paling kurang 3 pola kalimat, sehingga misalnya terdapat dua pola kalimat yang sederajat, yang lain bertingkat; atau dengan kata-kata lain ada dua pola kalimat yang menduduki tingkat yang lebih tinggi sedangkan yang lainnya menduduki tingkat yang lebih rendah, atau sebaliknya.
Berdasarkan sifat hubungan tadi, kalimat majemuk dapat di bagi menjadi:

A.    Kalimat Majemuk Setara
Bila hubungan antara kedua pola kalimat itu sederajat maka terdapatlah kalimat majemuk yang setara. Hubungan setara itu dapat diperinci lagi atas:
1.      Setara menggabungkan: penggabungan itu dapat terjadi dengan merangkaikan dua kalimat tunggal dengan diantarai kesenyapan antara atau dirangkaikan dengan kata-kata tugas seperti : dan, lagi, sesudah itu, karena itu.
Contoh :
Saya menangkap ayam itu, dan ibu memotongnya
Ayah telah memanjat pohon mangga itu, sesudah itu dipetiknya beberapa buah.
2.      Setara memilih: kata tugas yang dipakai untuk menyatakan hubungan ini adalah: atau
Contoh:
Engkau tinggal saja disini, atau engkau ikut dengan membawa barang itu.
3.      Setara mempertentangkan: kata-kata tugas dipakai dalam hubungan ini adalah: tetapi, melainkan, hanya.
Contoh:
Adiknya rajin, tetapi ia sendiri malas
Ia tidak menjaga adiknya, melainkan membiarkannya saja.

B.     Kalimat Majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang hubungan pola-polanya tidak sederajat. Salah satu pola atau lebih menduduki fungsi tertentu dari pola yang lain. Bagian yang lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat, sedangkan bagian yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat.
Sesuai dengan fungsinya itu anak-anak kalimat dapat dibagi atas:
1) Anak Kalimat Keterangan Waktu
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan waktu seperti ketika, waktu, kala, tatkala, saat, sebelum, sesudah, dan setelah.
Contoh:
Seorang pengunjung, ketika melihat seorang anak kesakitan, sempat terisak.
2) Anak Kalimat Keterangan Sebab
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan sebab, antara lain, sebab, karena, dan lantaran. Konjungsi ini mengawali bagian anak kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat.
Contoh:
Karena jatuh dari sepeda, Andi tidak masuk kuliah.
3) Anak Kalimat Keterangan Akibat
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan pertalian akibat. Konjungsi yang digunakan adalah hingga, sehingga, maka, akibatnya, dan akhirnya. Anak kalimat keterangan akibat hanya menempati posisi akhir, terletak di belakang induk kalimat.
Contoh:
Hujan turun berhari-hari sehingga banjir besar melanda kota itu.
4) Anak Kalimat Keterangan Syarat
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan syarat. Konjungsi itu, antara lain, jika, kalau, apabila, andaikata, dan andaikan.
Contoh:
Jika ingin berhasil dengan baik, Andi harus belajar dengan tekun.
5) Anak Kalimat Keterangan Tujuan
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan tujuan. Konjungsi yang digunakan adalah supaya, agar, untuk, guna, dan demi.
Contoh:
Ana belajar dengan tekun agar lulus ujian akhir semester.
6) Anak Kalimat Keterangan Cara
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan cara. Konjungsi tersebut adalah dengan dan dalam.
Contoh:
Pemerintah berupaya meningkatkan ekspor nonmigas dalam mengatasi pemasaran minyak yang terus menurun.
7) Anak Kalimat Keterangan Pewatas
Anak kalimat ini menyertai nomina, baik nomina itu berfungsi sebagai subjek, predikat, maupun objek. Konjungsi yang digunakan adalah yang atau kata penunjuk itu. Anak kalimat ini berfungsi sebagai pewatas nomina.
Contoh:
Anak yang berbaju hijau mempunyai dua ekor kucing.
8) Anak Kalimat Pengganti Nomina
Anak kalimat ini ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi subjek atau objek dalam kalimat transitif.
Contoh:
Ana mengatakan bahwa jeruk itu asam.

   


C.    Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran dapat terdiri dari sebuah pola atasan dan sekurang-kurangnya dua pola bawahan atau sekurang-kurangnya dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan.

a.       Satu pola atasan dan dua pola bawahan
Contoh:
Kami telah menyelenggarakan sebuah malam kesenian, yang dimeriahkan oleh para artis ibu kota, serta dihadiri pula oleh para pembesar di kota itu.
b.      Dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan
Contoh:
Bapak menyesalkan perbuatan itu, dan meminta agar kami berjanji tidak akan mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama, yang dapat merugikan nama baik keluarga dan kedudukannya. 




BAB III
PENUTUP



Simpulan
Kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat terdiri dari dua kalimat dasar atau lebih. Kalimat dasar yang terdapat dalam kalimat majemuk setara dapat berdiri sendiri, sedangkan dalam kalimat majemuk bertingkat tidak dapat berdiri sendiri. Konjungsi yang digunakan menjadi perbedaan yang mendasar antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.

DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. 1980. Tatabahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah
Sugondo, Dendy. 1999. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.

































DAFTAR PUSTAKA

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PENGAKUAN PARIYEM


ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PENGAKUAN
PARIYEM KARYA LINNUS SURYADI A.G
TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA
Proposal ini disusun guna memenuhi tugas akhir mata kuliyah “Metodologi Penelitian Sastra dan Pengajarannya” Dosen Pengampu DR. Ali Imron Al-Ma’ruf

Disusun oleh:
Ahmad Safi’i
A.310 080 079

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA dan DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
                 Karya sastra merupakan untaian perasaan dan realita sosial (semua aspek kehidupan manusia) yang tersusun dengan baik dan indah dalam bentuk benda konkret Quthb ( dalam Sangidu, 2004: 38). Seln itu karya sastra tidak hanya berbentuk benda konkret saja, seperti tulisan, tetapi dapat juga beruwujud tuturan (Speech) yang tersusun secara rapi dan sistematisyang dituturkan (diceritakan) oleh tukang cerita atau yang terkenal dengan sebutan karya sastra lisan.
                 Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial – sastra yang ditulis oleh pengarang pada suatu kurun waktu tertentu, pada umumnya langsunga berkaitan dengan norma – norma dan adat istiadat zaman itu Luxemburg ( dalam Sangidu, 2004: 41). Sastra yang baik tidak hanya merekam yang ada dalam masyarakat seperti sebuah tustel foto tetapi melukiskan kenyataan dalam keseluruhannya. Aspek terenting dalam kenyataan yang perlu dilukiskan oleh pengarang yang dituangkan dalam karya sastra adalah masalah kemajuan manusia. Karena itu, pengarang yang melukiskan kenyataan dalam keseluruhannya tidak dapat mengabaikan begitu saja masalah tersebut. Pengarang harus mengambil sikap dan melibatkan diri dalam masyarakat karena itu juga termasuk salah satu anggota masyarakatLuxemburg (dalam Sangidu, 2004: 41). Karya sastra merupakan penciptanya (pengarang), terhadap dunia (realita sosial) yang di hadapannya. Di dalam sastra berisi : pengalaman subjektif penciptanya pengalaman – pengalaman kelompok masyarakat (fakta sosial).

Novel pengakuan Pariyem dipilih dalam penelitian ini karena menarik untuk dikaji. Kelebihan novel ini terletak pada ceritanya yakni tentang nasib Pariyem yang hamil sebelum nikah. Pariyem berasal dari keluarga yang tergolong serba kekukarangan. Pariyem semula tinggal di desa Wonosari Gunung kidul. Untuk meringankan beban hidup kedua orang tuanya. Pariyem hijrah dari wonosari ke kota Jogja guna mencari pekerjaan.pariyem merupakan sosok seorang gadis jawa tulen yang sangat lugu dan polos. Setelah bekerja beberapa bulan di rumah seorang priyayi bernama raden Cokro mulailah timbul benih – benih perasaan cinta antara Pariyem dengan Den Bagus putra pertama dari Raden Cokro. Mereka berdua berpacaran selayaknya pasangan suami istri. Akibat dari perbuatan mereka berdua itu alhasil Pariyem hamil. Suatu hari Pariyem dipanggil oleh Raden Cokro guna diintrogasi perihal kehamilannya. Pariyem menceritakan semuanya dan Raden Cokro memberi keputusan bahwa Pariyem harus dipulangkan ke kampung halamannya. Segala kebutuhan pariyem selama hamil ditanggung oleh keluarga Den Bagus. Raden Cokro tetap masih menganggap bayi yang ada dalam perut pariyem adalah ucunya. Pariyem merasa bangga sudah mengandung anak dari seorang keturunan bangsawan ( Linnus,)
Dalam kaitannya dengan sastra, psikologi merupakan ilmu bantu yang relevan karena dari proses pemahaman karya sastra dapat diambil ajaran dan kaidah psikologi. Hal ini sejajar dengan pendapat Atmaja (1986:63) yang mengungkapkan bahwa hubungan psikologi sastra adalah di satu pihak karya sastra dianggap sebagai hasil aktivitas dan ekspresi manusia, dipihak lain psikologi dapat membantu seseorang pengarang dalam memantulkan kepekaannya pada kenyataan, mempertajam kemampuan pengamatan dan memberi kesempatan untuk menjajagi pola yang belum terjamah. Jadi antara sastra dan psikologi terdapat hal timbal balik, hubungan itu bukanlah hubungan kausal yang sederhana namun merupakan hubungan yang dapat dipahami.

Menurut Wellek (1998: 81) bahwa psikologi adalah ilmu yang membantu sastra dan beberapa jalan seperti terlihat dalam kutipan ini. Psikologi adalah ilmu yang memasuki bidang sastra lewat beberapa jalan, yaitu (1) pembahasaan tentang proses penciptaan sastra, (2) pembahasaan psikologi terhadap pengarangnya. ( baik sebagai suatu tipe maupun sebagai seorang pribadi), (3) pembicaraan tentang ajaran dan kaidah psikologi yang dapat ditimba dari karya satra dan (4) pengaruh karya sastra terhadap pembacanya.
 Novel adalah salah satu bentuk karya saastra yang menyajikan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata – kata, memiliki unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dengan bermacam – macam masalah dalam interaksi dengan lingkungan dan sesamanya. Seorang pengarang berusaha semaksimal mungkin mengarahkan pembaca kepada gambaran – gambaran realita kehidupan lewat cerita yang ada lewat novel tersebut.
Pemilihan novel “ Pengakuan Pariyem “ karya Linus Suryadi A.G sebagai bahan kajian dilatarbelakangi oleh adanya keinginan untuk memahami aspek – aspek kepribadian tokoh utama sebagai bagian masalah yang diangkat pengarang dalam karyanya. Kelebihan novel ini terletak pada ceritanya.
Linus Suryadi Agustinus adalah seorang sastrawan yang dilahirkan di kota pelajar Yogyakarta. Beliau lahir di Trimulyo, Sleman, Sleman, 3 Maret 1951 – meninggal di Yogyakarta, 30 Juli 1999 pada umur 48 tahun) adalah penyair Indonesia. Tokoh yang lahir di Dukuh Kadisobo ini pernah bekerja sebagai redaktur kebudayaan pada harian Berita Nasional (1979-1986) di Yogyakarta. Selain itu juga pernah aktif dalam Dewan Kesenian Yogyakarta antara tahun 1986-1988. Ia juga menjadi pemimpin redaksi majalah Citra Yogya pada tahun 1987-1999.
Berikut ini adalah beberapa karya sastra peninggalan almarhum Linus Suryadi AG. Pada tahun 1976 Linus menulis sebuah novel yang berjudul Langit Kelabu. Selang lima tahun kemudian pada tahun 1981 Linus kembali menulis sebuah novel yang sangat fenomenal pada masa itu. Novel atau Lirik Prosa yang berjudul Pengakuan Pariyem  sangat menjadi sorotan baik masyarakat bahkan mendapat cekalan dari pemerintah daerah Yogyakarta. Namun Linus tetap berkarya dalam dunia sastra. Empat tahun kemudian Linus meluncurkan karya sastranya yang berjudul Dari Desa Ke Kota pada tahun 1985. Pada tahun 1986 yang hanya berselang satu tahun dari karya sebelumnya Linus mampu mengeluarkan lagi karyanya yaitu yang berjudul Perkutut Manggung. Dalam satu tahun Linus pernah juga menulis dua buah novel. Hal itu sangat luar biasa menurut saya, karena dalam satu tahun Linus mampu menulis dua buah novel. Novel tersebut berjudul Kembang Tanjung dan Rumah Panggung kedua novel tersebut ditulis linus pada tahun 1988. Dua tahun sebelum Linus menutup mata yaitu pada tahun 1997 saat terjadinya reformasi besar – besaran di Indonesia Linus mampu menulis sebuah karya sastra yang berjudul Yogya Kotaku. Linus Suryadi Agustinus menutup mata sekaligus meninggalkan dunia dan dunia sastranya pada tahun 1999. Kami sangat berterima kasih kepada almarhum Linus berkat karya – karyanya dapat menstimulus para satrawan – satrawan generasi penerus Linus.
Ada beberapa alasan yang menjadi daar dilakukan penelitian ini. Alasan – alasan tersebut antara lain
1.         Novel ini mempunyai gagasan menarik untuk dikaji
2.         Dilihat dari penceritaanya novel Pengakuan Pariyem ini mencerminkan watak seorang gadis jawa tulen yang po;os dan lugu
3.         Sepengetahuan penulis Pengakuan Pariyem hanya dianalisis dengan beberapa tinjauan saja, belum pernah ada yang meneliti yang mengarah pada aspek kepribadian tokoh utamanya.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka novel Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi AG dianalisis dengan tinjauan psikologi sastra untuk mengetahui aspek kepribadian tokoh utamanya.

1. 2   Perumusan Masalah
Untuk mendapatkan hasi; penelitian yang terarah, maka diperlukan suatu perumusan masalah. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut
1.      Bagaimanakah struktur bangun novel pengakuan pariyem karya Linus Suryadi AG?
2.      Bagaimanakah aspek kepribadian tokoh uta dalam novel Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi AG dengan tinhjauan psikologi sastra?
1.3  Tujuan Penelitian
Tujuan suatu penelitian haruslah jelas supaya tepat sasaran. Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut
1.      Mendiskripsikan struktur bangun novel pengakuan pariyem karya Linus Suryadi AG.
2.      Mendiskripsikan aspek kepribadian tokoh uta dalam novel Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi AG dengan tinhjauan psikologi sastra.
1.4  Manfaat Penelitian
Peneltian yang baik harus memberikan manfaat. Adapun manfaat yang dapat diberikan oleh penelitian ini adalah sebagai berikut
1.      Manfat teoritis, yaitu memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya dibidang sastra.
2.      Manfaat Praktis
a.       Bagi pembaca dan penikmat sastra
Penelitian novel Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi AG ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan penelitian – penelitian lain yang telah ada sebelumnya khusunya yang menganalisis aspek kepribadian  tokoh utamanya.
b.      Bagi Mahasiswa jurusan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
Penelitian ini dapat dipakai sebagai pertimbangan mahasiswa untuk memotivasi ide atau gagasan baru yang lebih kreatif dan inovatif dimasa yang akan datang demi kemajuan diri mahasiswa dan jurusan.
c.       Bagi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan mampu digunakan oleh guru Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah sebagai materi ajar khususnya materi sastra.
d.      Bagi Peneliti yang lain
Penelitian tentang novel ini diharapkan dapat memotivasi peneliti lain untuk melakukan penelitian dengan hasil yang lebih baik lagi.
e.       Bagi Perpustakaan
Penelitian sastra ini dapat digunakan untuk menambah koleksi atau kelengkapan perpustakaan sebagai peningkatan penggandaan buku atau referensi berguna bagi penunjang perpustakaan.
1.5    Sistematika Penulisan Laporan Penelitian
Penelitian ini supaya lengkap dan sistematis maka perlu adanya sistematika penulisan laporan penelitian yang terdiri dari lima bab yakni
BAB I Pendahuluan, memuat antara lain Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan Laporan Penelitian.
BAB II Kajian pustaka, Landasan Teori dan Kerangka Berpikir memuat ketiga unsur tersebut.
BAB III Metode Penelitian, di dalamnya memuat antara lain Lokasi dan Waktu Penelitian, Pendekatan dan Strategi Penelitian, Objek dan Subjek Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Cuplikan (Sampling), Data dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Validasi Data dan Teknik Analisis Data.
BAB IV Hasil dan Pembahasan Laporan Penelitian yang memuat Struktur Bangun Novel Pengakuan Pariyem dan  Analisis Aspek Kepribadian Tokoh Utama dalam novel Pengakuan Pariyem.
BAB V Penutup yang berisikan Simpulan dan Saran.
Daftar pustaka ditampilkan dengan pustaka dalam penelitian ini. Demikian secara garis besar sistematika dalam penulisan laporan penelitian.



























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


2.      1 Tinjauan Pustaka
Untuk mengetahui keaslian atau keotentikan penelitian ini perlu adanya timjauam pustaka. Tinjauan pustaka adalah uraian sistematis tentang hasil penelitian yang dilakuakan oleh peneliti terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Sangidu, 2004: 10). Fungsi tinjauan pustaka dalah untuk mengembangkan secara sistematik penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian tentang sastra yang dilakukan. Oleh karena itu, sebuah penelitian memerlukan keaslian baik itu penelitian tentang bahasa maupun sastra. Berdasarkan pengetahuan penulis belum pernah ada yang meneliti Novel Pengakuan Pariyem Karya Linus Suryadi AG dengan menggunakan tinjauan psikologi sastra. Namun, peneliti – penelliti dengan pendekatan psikologi sastra banyak dilakukan dengan objek penelitian yang berbeda.
Hevi Nurhayati (UMS, 2008) dengan skripsi yang berjudul Aspek Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Midah, Simanis Bergigi Emas Karya Pramoedya Ananta Toer: Tinjauan Psikologi Sastra. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap dan pribadi Midah yang menonjol adalah bertanggung jawab dan rela berkorban. Selain itu di dalam Novel Midah, Simanis Bergigi Emas ini ditemukan ketegaran seorang gadis yang rela mengamen untuk bertahan hidup di tengah – tengah gejolak duia modern ini. Sebenarnya Midah memiliki suara yang sangat merdu, namun apalah daya tak ada yang bisa menyalurkannya untuk jadi penyanyi yang terkenal.
Penelitian yang berbentuk skripsi yang dilakuakan oleh Ike Indrawati yang berjudul Aspek Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Geni Jora Karya Abidah El Khalieqy: Tinjauan Psikologi Sastra (UMS.2007). masil penelitian ini yaitu mengungkap tentang perlawanan seorang perempuan terhadap tata nilai budaya patriarkhal. Perempuan sebagai sosok yang dinomorduakan dan diperlakukan tidak adil. Tokoh utama dalam novel ini ingin membuktkan bahwa perempuan tidak selamanya memiliki derajat di bawah laki – laki. Akhirnya tokoh utama dapat membuktikan bahwa perempuan itu bisa sejajar dengan laki – laki dalam segala hal, terutama dibidang pendidikan. Dalam penelitia Geni Jora ini lebih menyoroti masalah – masalah yang berhubungan dengan perspektif gender yang dialami oleh tokoh utama yang meliputi (1) adanya stereotif perempuan; (2) ketidak adilan kepada perempuan; (3) pendidikan bagi perempuan ; (4) perempuan sebagai objek pelecehan seksual.
Penelitian inin berusaha untuk mengungkapkan aspek kepribadian tokoh utama dalam novel Pengakuan Pariyem Karya Linua Suryadi AG tinjauan Psikologi Sastra dapat dipertanggung jawabkan.

2.2    Lanadasan Teori

2.2.1             Pendekatan Psikologi Sstra
Menurut Semi (dalam Sangidu, 2004: 30) Psikologi sastra adalah suatu disiplin yang mengandung suatu karya satra yang memuat peristiwa kehidupan manusia yang diperankan oleh tokoh – tokoh yang imajiner yang ada di dalam atau mungkin diperankan oleh tokoh – tokoh faktual. Hal ini merangsang untuk mengetahui lebih jauh tentang seluk beluk manusia yang beraneka ragam.
Tujuan psikologi sastra adalah untuk memeahami aspek – aspek kejiwaan yang terkandung dalam karya sastra. Penelitian psikologi sastra yang dilakukan dengan dua cara. Cara yang pertama melalui pemahaman teori – teori psikologi kemudian diadakan analisis terhadap karya sastra. Kedua dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian kemudian ditentukan teori – teori psikologi yang dianggap rekaan untuk melakukan analisis (Ratna, 2004:342-344).
Menurut ratna (2004:343) ada tiga macam yang dapat dilakuakan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra
1.         Memahami unsur – unsur kejiwaan pengarang
2.         Memahami unsur – unsur kejiwaan tokoh fiksional dalam karya sastra
3.         Memahami unsur – unsur kejiwaanpembaca

2.2.2        Teori Kepribadian Sigmund Freud
Teori kepribadian yang diungkapkan oleh Sigmund Freud terkenal dengan nama psikoanalisa. Dalam teori ii kepribadian dipandang sebagai sebuah strujtur yang terdiri dari tiga struktur atau sistem, yaitu Id, ego dan Superego. Koswara ( 1991: 32- 340 mengatakan tingkah laku manusia tidak lain merupakan produk interaksi antara id, ego, dan superego.
Id dalam istilah Freud (Das es) adalah sistem kepribadian yang paling dasar yang di dalamnya terdapat naluri – naluri bawan. Id bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem – sistem tersebut untuk operasi – operasi atau kegiatan – kegiatan yang dilakukan.
Untuk mencapai maksud tujuannya, id memiliki perlengkapan berupa dua macam proses. Proses pertama berupa tindakan reflek yakni sutu bentuk tingkah laku atau tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera serta adanya pada individu merupakan baawaan. Proses yang kedua adalah proses primer yakni suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi psikologi yang rumit.
Ego (dalam istilah Freud Das Ich) adalah sistem yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (The Reality Principle) ego terbentuk dari diferensial dari id karena kontaknya dengan dunia nyata.
Ego memainkan peran dengan melibatkan fungsi psikologis yang tinggi , yakni fungsi kognitif dan intelektual. Tugas ego adalah mempertahankan kepribadian dan menjalin penyesuaian dengan dunia luar.
Superego ( dalam istilah Freud Das Uber Ich) adalah sstem kepribadian yang berisi nilai dan aturan yang sifatnya evaluatif. Superegoterbentuk meleluai internalisasi nilai atau aturan dalam diri individu dari orang lain yang diolah sedemikian rupa hingga akhirnya terpancar dari dalam. Dengan kata lain superego merupakan hasil proses internalisasi sejauh larangan  dan perintah yang tadinya asing (bagi sujekdianggap berasal dari subjek itu sendiri).
Menurut Koswara (1991: 35) fungsi utama superego adalah (a) pengendali dorongan atau impuls – impuls id agar impuls – impuls tersebut disalurkan dengan cara atau bentuk yang dapat diterima masyarakat, (b) mengarahkan ego pada tujuan  yang sesuai dengan moral daripada kenyataan (c) mendorong individu kepada kesempurnaan.

2.2.3        Teori Strukturalisme
Selain menggunakan pendekatan psikologi sastra yang dibantu dengan teori – teorikepribadian, peneliti juga menggunakan pendekatan strukturalisme untuk mendukung analisis karya sastra yang ditinjau dari aspek kepribadiantokoh utama dengan tinjauan psikoogi sastra.
Strukturalisme adalah studi tentang bagaimana mengapresiasikan sastra yang lebihmenitik beratkan pada pendekatan objektif. Di mana sastra itu sendiri bersifat otonom yang artinya sebuah karya sastra dapat memberikan makna pada unsur – unsurnya sendiri ( Waluyo, 1990:109).
Analisis struktural terhadap karya sastra merupakan suatu sistem kerja analisis untuk membongkar dan memaparkan secara cermat teliti, detai, dan sedalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama – sama menghasilkan makna menyeluruh.
Analisis struktural merupakan prioritas utama sebelum diterapkannya analisis yang lain tanpa analisis struktural tersebut kebulatan makna intrinsik yang dapat digali dari karya tersebut tidak dapat ditangkap. Makna unsur – unsur arya sastra hanya dapat ditangkap dipahami sepenuhnya atas daar pemahaman tempat dan fungsi unsur itu di dalam keseluruhan karya sastra (A. Teeuw, 1982:16).
Menurut Nurgiyantoro (1994:126) unsur  unsur struktural karya satra adalah sebagai berikut:
a.       Tema
Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra (Sudjiman, 1994:54).
b.      Alur
Staton (1965:14) mengemukakan alur adalah cerita yang berisi kejadian, tetapi kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab – akibat, peristiwa yang disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa lain. Alur adalah tulang punggung dari sebuah cerita karena alur merupakan jalannya cerita.
c.       Penokohan
Sebagain tokoh – tokoh karya fiksi adalah tokoh – tokoh rekaan yang dimaksud tokoh cerita adalah individu rekaan yang mengalami cerita kendati berupa rekan atau hasil imajinasi pengarang, masalah penokohan tidak bisa dipisahkan dari suatu karya sastra dan merupakan suatu bagian yang penting dalam membangun sebuah cerita (Nurgiyantoro,1994:66).
d.      Latar
Latar dimaksudkan untuk mengidentifikasi situasi yang tergambar dalam cerita. Keberadaan elemen latar pada hakikatnya tidaklah hanya sekedar menyatakan di mana, kapan, dan bagaimana situasi peristiwa berlangsung, melainkan keterkaitan dengan gambaran tradisi, karakter, perilaku sosial dan pandangan masyarakat pada waktu cerita ditulis (Sudjiman.1994:46).

2.3    Kerangka Berpikir
Kerangka pikir merupakan inti sari dari teori yang telah dikembangkan yang dapat mendasari perumusan hipotesis. Teori yang telah dikembangkan dalam rangka memberi jawaban terhadap pendekatan pemecahan masalah yang menyatakan hubungan antar variabel berdasarkan pembahasan teoritis.
Dalam penelitian ini suatu karya sastra perlu medapatkan perlakuan khusus untuk mengungkap kandungan makna yang terdapat dalam karya sastra tersebut. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang memuaskan maka diperlukanya sebuah kerangka berpikir yang jelas dan tepat.
Kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut

 










                                                                                                             





BAB III
MRTODE PENELITIAN

3.1    Lokasi dan Waktu Penelitian
                 Waktu pelaksanaan penelitian, yakni dari tahap persiapan hingga pelaporan. Hasil penelitian dilakukan selama 2 Bulan, yakni dari bulan Desember sampai Januari.
Jadwal penelitian

NO

Kegiatan
Desember
Januari
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Perencanaan
x







2
Pembacaan novel

X






3
Evaluasi isi novel


X





4
Pngumpulan data



x




5
Analisis Data




x



6
Penyusunan proposal




x



7
Pelporan hasil





x



3.2    Pendekatan dan Strategi Penelitian
Dalam penelitian ini mnggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif selalu bersifat deskriptif, artinya data – data yang dianaliis dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi fenomena, tidak berupa angka – angka atau koefisien atau tentang hubungan antara variable. Dat yang terkumpul berbentuk kata – kata atau gambar – gambar bukan angka – angka. Tulisan hasil penelitian ini berisi kutipan – kutipan dari kumpulan data untuk memberikan ilustrasi dan mengisi materi laporan (Aminuddi, 1990: 16).
3.3    Objek dan Subjek Penelitian
Objek peelitian sastra adlah pokok atau topic penelitian sastra (Sangidu, 2004: 61). Objek penelitian ini adalah aspek kepribadian tokoh utama dalam novel Pegakuan Pariyem Karya Linus Suryadi AG yang diterbitkan oleh Pustaka Pelajar, Yogyakarta, dengan tebal halaman 325 halaman.
Subyek penelitian ini hanya dikenakan pada novel Pengakuan Pariyem Karya Linus Suryadi AG yang diterbitkan oleh Pstaka Pelajar Yogyakarta pada tahun 1981 terbitan pertama dengan tebal halaman 325 halaman.
3.4    Populasi, Sampel dan Teknik Cuplikan ( Sampling)
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah sample, yang dipilih dari suatu populasi sehingga dapat digunakan untuk mengadakan generalisasi. Jadi, sample benar-benar mewakili ciri-ciri suatu populasi (Moleong, 2007 : 224). Teknk sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sample atau sample bertujuan. Adapun novel yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel karya Linus Suryadi AG yang berjudul Pengakuan Pariyem. Novel tersebut dianalisis aspek kepribadian tokoh utamanya dengan tinjauan psikologi sastra. Alas an peneliti ingin meneliti novel ini karena terdapat aspek kepribadian pada diri tokoh utamanya.
3.5    Data dan Sumber Data
a.       Data
Data pada dasarnya merupakan bahan mentah yang dikumpulkan oleh peneliti dari dunia yang dipelajarinya (Sutopo, 2002: 73). Data yang terdapat dalam penelitian ini adalah data yang berwujud kata – kata, ungkapan, kalimat yang terdapat dalam novel Pengakuan Pariyem Karya Linus Suryadi AG.
b.      Sumber Data
Sumber data yang diguakan dalam penelitian ini adalah sumber data kepustakaan yaitu berupa buku, transkrip, majalah, dan lain – lain. Hal ini sejalan dengan perincian sebagai berikut.
Sumber data primer adalah sumer data asli, sumber tangan pertama peneliti. Dari sumber data primer data ini akan menghasilkan data primer yaitu data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh penyelidik untuk tujuan khusus. Dalam penelitian ini digunakan sumber data primer berupa novel Pengakuan Pariyem Karya Linus Suryadi AG, tahun terbitan pertama 1981, penerbit Pustaka Pelajar Yogyakarta dengan tebal halaman 325 halaman dan hanya terdiri dari satu bab saja, karena novel tersebut merupakan jenis lirik prosa.
3.6    Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik pustaka dan catat. Teknik pustaka adalah teknik menggunakan sumber – sumber tertulis untuk memperoleh data. Teknik catat berarti penulis sebagai instrument kunci melakukan pengamatan secara cermat, terarah dan teliti terhadap sumber data primer (Subroto, 1992: 42).
Kegiatan pertama dalam pengumpulan data adalah penyimakan dilakukan dengan membaca pemahaman secara berulang – ulang, karena didasarkan pada dokumen yang berupa data – data tertulis. Dalam novel Pengakuan Pariyem kegiatan pencatatan dilakukan dan digunakan untuk menyimpan data yang berkaitan dengan tujuan penelitian Adapun data – data itu berupa kutipan kata, kalimat, paragraph, atau keterangan yang terdapat dalam novel yang berhubungan dengan kepribadian tokoh utama yang ditampilkan dalam cerita. Data tersebut digunakan sebagai data primer yang diperlukan untuk dianalisis.
3.7    Teknik Validasi Data
 Menurut Sutopo (2006 : 92) validitas data merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsiran makna sebagai hasl penelitian.terdapat beberapa cara yang biasanya dipilih untuk mengembangkan validitas (kesahihan) data penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik validitas data triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap hal tersebut. Menurut Patton (dalam Sutopo, 2006: 92) triangulasi ada empat macam.
a.         Triangulasi sumber yaitu pemeriksaan sumber yang memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda -beda untuk menggali data yang sejenis.
b.         Triangulasi metode yaitu pemeriksaan yang menekankan penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda dan bahkan jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya.
c.         Triangulasi peneliti yaitu hasil penelitian baik data atau simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti yang lain.
d.        Triangulasi teori yaitu pemeriksaan data dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.
Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber karena peneliti dalam meneliti sebuah novel Pengakuan Pariyem mengunakan bermacammacam sumber atau dokumen untuk menguji data yang sejenis tentang “ Aspek Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Pengakuan Pariyem Karya Linus Suryadi AG: Tinjauan Psikologi Sastra.

3.8    Teknik Analisis Data
Analisis yang dignakan dalam peneitian ini menggunakan teknik membaca heuristic dan hermeneutic. Menurut Rifferre (dalam Sangidu, 2004: 19) pembacaan heuristic merupakan cara kerja yang dilakukan oleh pebaca dengan menginterpretasikan teks sastra secara referensial lewat tanda – tanda linguistic.
Menurut Rifferre dan Culler (dalam Sangidu, 2004: 19) pembacaan hermeneutic atau retroaktif merupakan kelanjutan dari pembacaan heuristic untuk mencari makna (meaning of meaning) atau (Significance). Metode ini merupakan cara kerja yang dilakukan oleh pembaca dengan bekerja secara terus menerus lewat pembacaan teks sastra secara bolak – balik dari awal sampai akhir.
Langkah awal analisis novel Pengakuan Pariyem yaitu memaparkan structural dengan menggunakan metode pembacaan heuristic. Pada tahap ini pembaca menemukan arti (meaning) secara linguitikn Abdulah (dalam Sangidu, 2004: 19).
Selanjutnya pembacaan hermeneutic yaitu peneliti bekerja secara terus menerus lewat pembacaan teks sastra secara bolak balik dari awal sampai akhir untuk mengungkap aspek kepribadian tokoh utama pada novel Pengakuan Pariyem.





                                                       
 

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: Yayasan Asih Asuh
Atmajaya, Djiwa. 1986. Notasi Tentang Novel dan Semiotika. Ende: Nusa Indah
Endraswara, Suwardi. 2003. Metode Penelitian Sastra Estimology Model Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama
Freud, Sigmund. 1991. Memperkenalkan Psikoanalisa (di Indonesiakan oleh K. Bertens). Jakarta: Gramedia
Hadi, Sutrisno. 1984. Metodologi Researc 1. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Indarawai, Ike. 2007. Aspek Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Geni Jora Karya Abidah El Khalieqy: Tinjauan Psikologi Sastra. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta
Koswara, Endra. 1991.  Teori – Teori Kepribadian. Bandung: Gresco
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakara: Gajah Mada University Press
Nurhayati, Hevi. 2008. Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Midah, Simanis Bergigi Emas Karya Pramoedya Ananta Toer: Tinjauan Psikologi Sastra. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pradopo, Ramad Djoko. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: PT. Hadinita Graha Widya
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Denpasar: Pustaka Pelajar
Sangidu. 2004. Penelitian Sastra, Pendekatan, Teori, Metode, Teknik dan Kiat. Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada
Subroto. 1992. Penelitian Kualitati. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sudjitman, Panutti. 1991. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Indonesian University Press
Suryadi AG, Linus. 1981. Pengakuan Pariyem Dunia Batin Wanita Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sutopo, H.B. 2002.Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Aplikasi Dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press
Staton, Robert. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wellek, Rene dan Werren, Austin. 1993. Teori Kesusastraan (Diterjemahkan oleh Melani Budianto). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Teeuw, A. 1982. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya
Waluyo. Hj. 1990. Kesusastraan IV. Surakarta: Universitas Sebelas maret Surakarta Press