Minggu, 27 Februari 2011

makaLAH TENTANG SINTAKSIS








KULTUM










































BAB I
PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang
Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, kita akan mempelajari salah satu cabang linguistic yaitu sintaksis, di dalam sintaksis terdapat berbagai macam kalimat, tetapi disini kita akan mengkaji kalimat majemuk. Yang mana kalimat majemuk sendiri adalah suatu kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Berdasarkan sifatnya, ada dua jenis hubungan klausa, yakni hubungan koordinasi ddan hubungan subordinasi. Dengan hubungan koordinasi digabungkan antara  klausa satu dengan klausa yang lain yang masing – masing mempunyai kedudukan yang sama dalam struktur konstituennya. Jika sebuah klausa berfungsi sebagai konstituen klausa yang lain, hubunan yang terdapat diantara dua klausa itu disebut subordinasi. Hubungan subordinasi dapat bersifat melengkapi (komplementif) dan dapat bersifat mewatasi atau menerangkan (atributif).




  1. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana definisi kalimat majemuk ?
  2. Bagaimana macam- macam kalimat majemuk ?

  1. Tujuan Penulisan
1.   Mendiskripsikan bagaimana definisi kalimat majemuk
2.   Memaparkan bagaimana macam- macam kalimat majemuk

  1. Manfaat Penulisan
  1. Agar mahasiswa dapat mendiskripsikan bagaimana definisi kalimat majemuk
2.      Agar mahasiswa dapat memaparkan bagaimana macam- macam kalimat majemuk










BAB II

PEMBAHASAN



Pengertian kalimat majemuk

Sebagai batasan pengertian kalimat majemuk dapat di katakana bahwa: kalimat majemuk adalah  kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih.
Batasan ini diturunkan sebagai hasil dari tinjauan secara statis, melihat apa yang di hadapi sekarang atau melihat hasil yang sudah jadi. Tetapi dapat pula melihat dari segi yang lebih dinamis yaitu dari sejarah terbentukanya kalimat tersebut. Selain itu dapat pula melihat bahwa dua pola kalimat yang terkandung dalam sebuah kalimat majemuk itu terjadi karena menggabungkan dua macam pola kalimat atau lebih menjadi satu kalimat; atau dapat terjadi bahwa menghadapi satu pola kalimat, tetapi dengan mempergunakan tehnik perluasan, akhirnya mendapatdua pola kalimat atau lebih dalam kaliamat perluasan tadi.
Dengan bertolak dari uraian di atas dapat menurunkan batasan-batasan yang lain untuk kalimat majemuk sebagai berikut :
1.      Kalimat majemuk adalah kalimat tunggal yang bagian-bagian di perluas sedemikian rupa, sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat yang baru di samping pola yang sudah ada.
Contoh:
Anak itu menendang bola
Anak, yang kau sebut kemarin itu, menendang bola.
2.      Kalimat majemuk adalah penggabungan dari dua kalimat tunggal atau lebih , sehingga kaliamt yang baru ini mengandung dua pola kalimat atau lebih.
Contoh:
Ayah menulis surat
Adik berdiri di sampingnya
Ayah menulis surat, sambil adik berdiri di sampingnya
Kedua macam batasan terakhir ini hanya melihat sejarah pembentukanya. Dalam kenyataanya dapat langsung menghadapi suatu kalimat yang mendukung suatu rangkaian tanggapan, tanpa memikirkan proses terjadinya.proses pembentukanya boleh dipergunakan sebagai penjelasan analisa tentang bagaimana terbentuknya kaliamt majemuk, tetapi bukan mencakup seluruh sifat kalimat-kalimat itu.
Macam-macam kalimat majemuk
Dalam menghadapi klasifikasi kalimat-kalimat majemuk, dasar yang du gunakan adalah melihat hubungan antara pola-pola kalimat yang membina kalimat majemuk tersebut. Bila kalimat majemuk itu terjadi karena salah satu bagiannya mengalami perluasan, sudah jelas bahwa pola kalimat yang baru di bentuk akibat perluasan tadi akan lebih rendah kedudukanya daripada pola kalimat yang pertama. Tetapi kalimat majemuk yang terjadi karena penggabungan dua atau lebih kalimat tunggal, maka sifat hubunganya atau sederajat, atau satu di tempatkan di bawah yang lain.
Sebab itu sifat hubungan pola-pola kalimat dalam sebuah kalimat majemuk dapat bersifat:
a.       Sederajat ( koordinatif ) : kedudukan pola-pola kalimat sama tinggi, tidak ada pola-pola kalimat yang menduduki suatu fungsi dari pola yang lain.
b.      Bertingkat (subordinatif ) : hubungan antara pola-pola kalimat tidak sederajat, karena ada pola kalimat yang menduduki suatu fungsi dari pola yang lain.
c.       Campuran : hubungan antara pola-pola kalimat itu dapat sederajat dan bertingkat. Hubungan ini terjadi kalau dalam kalimat majemuk itu terdapat paling kurang 3 pola kalimat, sehingga misalnya terdapat dua pola kalimat yang sederajat, yang lain bertingkat; atau dengan kata-kata lain ada dua pola kalimat yang menduduki tingkat yang lebih tinggi sedangkan yang lainnya menduduki tingkat yang lebih rendah, atau sebaliknya.
Berdasarkan sifat hubungan tadi, kalimat majemuk dapat di bagi menjadi:

A.    Kalimat Majemuk Setara
Bila hubungan antara kedua pola kalimat itu sederajat maka terdapatlah kalimat majemuk yang setara. Hubungan setara itu dapat diperinci lagi atas:
1.      Setara menggabungkan: penggabungan itu dapat terjadi dengan merangkaikan dua kalimat tunggal dengan diantarai kesenyapan antara atau dirangkaikan dengan kata-kata tugas seperti : dan, lagi, sesudah itu, karena itu.
Contoh :
Saya menangkap ayam itu, dan ibu memotongnya
Ayah telah memanjat pohon mangga itu, sesudah itu dipetiknya beberapa buah.
2.      Setara memilih: kata tugas yang dipakai untuk menyatakan hubungan ini adalah: atau
Contoh:
Engkau tinggal saja disini, atau engkau ikut dengan membawa barang itu.
3.      Setara mempertentangkan: kata-kata tugas dipakai dalam hubungan ini adalah: tetapi, melainkan, hanya.
Contoh:
Adiknya rajin, tetapi ia sendiri malas
Ia tidak menjaga adiknya, melainkan membiarkannya saja.

B.     Kalimat Majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang hubungan pola-polanya tidak sederajat. Salah satu pola atau lebih menduduki fungsi tertentu dari pola yang lain. Bagian yang lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat, sedangkan bagian yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat.
Sesuai dengan fungsinya itu anak-anak kalimat dapat dibagi atas:
1) Anak Kalimat Keterangan Waktu
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan waktu seperti ketika, waktu, kala, tatkala, saat, sebelum, sesudah, dan setelah.
Contoh:
Seorang pengunjung, ketika melihat seorang anak kesakitan, sempat terisak.
2) Anak Kalimat Keterangan Sebab
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan sebab, antara lain, sebab, karena, dan lantaran. Konjungsi ini mengawali bagian anak kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat.
Contoh:
Karena jatuh dari sepeda, Andi tidak masuk kuliah.
3) Anak Kalimat Keterangan Akibat
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan pertalian akibat. Konjungsi yang digunakan adalah hingga, sehingga, maka, akibatnya, dan akhirnya. Anak kalimat keterangan akibat hanya menempati posisi akhir, terletak di belakang induk kalimat.
Contoh:
Hujan turun berhari-hari sehingga banjir besar melanda kota itu.
4) Anak Kalimat Keterangan Syarat
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan syarat. Konjungsi itu, antara lain, jika, kalau, apabila, andaikata, dan andaikan.
Contoh:
Jika ingin berhasil dengan baik, Andi harus belajar dengan tekun.
5) Anak Kalimat Keterangan Tujuan
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan tujuan. Konjungsi yang digunakan adalah supaya, agar, untuk, guna, dan demi.
Contoh:
Ana belajar dengan tekun agar lulus ujian akhir semester.
6) Anak Kalimat Keterangan Cara
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan cara. Konjungsi tersebut adalah dengan dan dalam.
Contoh:
Pemerintah berupaya meningkatkan ekspor nonmigas dalam mengatasi pemasaran minyak yang terus menurun.
7) Anak Kalimat Keterangan Pewatas
Anak kalimat ini menyertai nomina, baik nomina itu berfungsi sebagai subjek, predikat, maupun objek. Konjungsi yang digunakan adalah yang atau kata penunjuk itu. Anak kalimat ini berfungsi sebagai pewatas nomina.
Contoh:
Anak yang berbaju hijau mempunyai dua ekor kucing.
8) Anak Kalimat Pengganti Nomina
Anak kalimat ini ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi subjek atau objek dalam kalimat transitif.
Contoh:
Ana mengatakan bahwa jeruk itu asam.

   


C.    Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran dapat terdiri dari sebuah pola atasan dan sekurang-kurangnya dua pola bawahan atau sekurang-kurangnya dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan.

a.       Satu pola atasan dan dua pola bawahan
Contoh:
Kami telah menyelenggarakan sebuah malam kesenian, yang dimeriahkan oleh para artis ibu kota, serta dihadiri pula oleh para pembesar di kota itu.
b.      Dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan
Contoh:
Bapak menyesalkan perbuatan itu, dan meminta agar kami berjanji tidak akan mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama, yang dapat merugikan nama baik keluarga dan kedudukannya. 




BAB III
PENUTUP



Simpulan
Kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat terdiri dari dua kalimat dasar atau lebih. Kalimat dasar yang terdapat dalam kalimat majemuk setara dapat berdiri sendiri, sedangkan dalam kalimat majemuk bertingkat tidak dapat berdiri sendiri. Konjungsi yang digunakan menjadi perbedaan yang mendasar antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.

DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. 1980. Tatabahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah
Sugondo, Dendy. 1999. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.

































DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar