Minggu, 05 Desember 2010

analisis novel padang seribu malaikat kARYA IZZATUL JANNAH

BAB I
PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan dunia imajinatif yang merupakan hasil kreasi pengarang setelah merefleksi lingkungan sosial kehidupannya. Dunia dadalam karya sastra dikreasikan dan sekaligus ditafsirkan lazimnya melalui bahasa. Apapun yang dipaparkan pengarang dalam karyanya kemudian ditafsirkan oleh pembaca, berkaitan dengan bahasa. (Al-Ma’ruf, 2006 :2). Karya fiksi diantaranya berwujud novel dan cerpen. Novel merupakan pengolahan masalah-masalah sosial kemasyarakatan oleh kaum terpelajar Indonesia sejak tahun 1920-an dan sangat digemari oleh sastrawan (Hardjana dalam Al-Ma’ruf, 2006 : 2).
Dalam perkembangan novel di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu novel serius dan novel populer. Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya. Ia menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu menzaman (Nurgiyantoro, 1995: 18). Namun hanya sampai pada tingkat permukaan, begitu juga dengan novel Padang Seribu Malaikat karya penulis terkenal Izzatul Jannah. Novel ini merupakan novel islami yang bertemakan perjuangan seorang mujahid di tanah negara Afghanistan. Novel ini sangat menarik untuk dibaca dan untuk dikupas masalah sosial dan keagamaan.
Kehadiran PSM sebagai karya sastra yang mengemukakan permasalahan keagamaan tidak terlepas dari struktur sosial (Goldman dalam Imron, 2006: 43). Masyarakat Afghanistan yang mayoritas beragama Islam, dan sepanjang sejarahnya didominasi oleh warna Islam. Corak Islam yang mewarnai warga Afghanistan terlihat dalam kehidupan keseharian mereka, dan juga tercermin di dalam karya sastranya. Kita juga mengetahui bahwa konflik perang yang terjadi antara Amerika dan Rusia dengan Afghanistan sejak tahun 1950 (Azzam, 1991:55). Novel PSM ini mencoba mendiskripsikan perjuangan para mujahid untuk mencapai kemerdekaan, merdeka dari komunis yang telah menjajah negerinya dan menjajah agama mereka yakni Islam.
Penulis novel ini bernama asli Setiawati Intan Savitri. Menggunakan Izzatul Jannah sejak memulai karir menulisnya di majalah remaja Islam ANNIDA tahun 1992. Ia lahir di Jakarta 12 April tahun 1972. Ia mulai menulis sejak duduk di bangku Sekolah Dasar dan karya pertamanya dimuat di majalah anak-anak ANANDA, kemudian mencoba menulis cerpen di berbagai majalah remaja seperti HAI, MODE, GADIS, dan menjuarai Juara ke-3 Lomba Menulis Cerpen Islami (LMPCI) 1 ANNIDA tahun 1993. Juara ke-2 Lomba Penulisan Artikel.
Rumusan masalah ini adalah bagaimana dimensi sosial keagamaaan novel PSM, dan tujuannya mendiskripsikan bagaimana dimensi sosial keagamaan novel PSM.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa pustaka/tulisan yang mengkaji novel PSM. Hal ini merupakan upaya untuk menunjukkan orisinalitas penelitian ini. Adapun pustaka yang mengkaji dimensi sosial keagamaan dalam novel PSM secara mendalam, sepanjang pengetahuan penulis belum ditemukan.
2.2 Landasan Teori
Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan. Fiksi merupakan hasil dialog kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. (Nurgiyantoro, 1995: 3). Pengarang meleburkan fakta dan tema dengan bantuan sarana-sarana sastra, seperti konflik, sudut pandang, simbolisme, ironi dan sebagainya (Stanton dalam Sugihastuti dan Rossi, 2007 : 9). Sarana-sarana sastra dapat diartikan sebagai metode (pengarang). Memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna (Stanton dalam Sugihastuti dan Rossi, 2007 : 46).
PSM yang menjadi objek penelitian ini merupakan karya sastra genre fiksi novel. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah makna dimensi sosial keagamaan dalam PSM, yang diangkat tema yang merupakan salah satu unsur karya. (Al-Ma’ruf, 2006: 2). Novel merupakan salah satu genre sastra di samping cerita pendek, puisi dan drama. Novel adalah cerita rekaaan (fiction), disebut juga teks naratif (narative text) atau wacana naratif (narative discourse). (Abrams dalam Al-Ma’ruf, 2006 :17). Novel mampu menghadirkan perkembangan satu karakter, situasi sosial yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan berbagai peristiwa ruwet yang terjadi beberapa tahun silam secara lebih mendetail. Stanton (dalam Sugihastuti dan Rossi 2007: 90).
Novel menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan sesama dan lingkungannya, juga interaksinya dengan dirinya sendiri dan Tuhan. Novel merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap kehidupan dan lingkungannya, setelah melalui penghayatan dan perenungan secara intens. Pendek kata, novel merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab kreastif sebagai karya seni yang berunsur estetik dengan menawarkan model-model kehidupan sebagaimana yang diidealkan oleh pengarang. (Al- Ma’ruf, 2006: 17).
Stanton (dalam Sugihastuti dan Rossi 2007: 11-36) membagi unsur-unsur yang membangun novel menjadi tiga, yaitu fakta, tema, dan sarana sastra. Karakter, alur, dan latar merupakan fakta-fakta cerita. Elemen-elemen ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Jika dirangkum menjadi satu, semua elemen ini dinamakan ‘struktur factual’ atau ‘tingkatan factual’ cerita. Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan ‘makna’ dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat. Tema (dalam cerita) memiliki kesamaan dengan apa yang disebut sebagain ‘filisofi’, sedangkan ‘struktur factual’ mirip dangan kenyataan yang dialami oleh manusia. Tema memberikan koherensi dan makna pada fakta-fakta cerita.
Sarana-sarana cerita Sarana-sarana sastra dapat diartikan sebagai metode (pengarang). Memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna. Beberapa sarana dapat ditemukan dalam setiap konflik, klimaks, tone dan gaya, dan sudut pandang. Sarana-sarana sastra lain seperti simbolisme sangat jarang dihadirkan. Sarana-sarana paling signifikan di antara berbagai sarana yang kita kenal adalah karakter utama , konflik utama, dan tema utama. Tiga sarana ini merupakan ‘kesatuan organis’ cerita.
Menurut (Chatman dalam Al-Ma’ruf, 2006 : 19). Unsur fiksi (teks naratif) dapat dibagi menjadi dua yaitu unsur cerita (story, content) dan wacana discourse, expression). Cerita merupakan isi dari ekspresi naratif, sedangkan wacana merupakan bentuk dari isi cerita yang diekspresikan. Cerita terdiri atas peristiwa (event) dan wujud eksitensinya (existents). Peristiwa dapat berupa tindakan (action, peristiwa yang berupa tindakan manusia, verbal dan non verbal) dan kejadian (happening). Wujud eksitensinya terjadi atas penokohan (characters) dan unsur-unsur latar (setting items).
2.2.1 Teori Struktural
Menurut Teeuw (dalam Al- Ma’ruf, 2006: 21) menandaskan, bahwa tujuan analisis struktural adalah membongkar dan memaparkan secermat mungkin keterkaitan dan keterjalinan berbagai unsur yang secara bersama-sama membentuk makna.
2.2.2 Teori Semiotik
Tujuan analisis karya sastra adalah mengungkapkan maknanya. Karena novel merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna sesuai dengan konvensi ketandaan, makna analisis struktur tidak dilepaskan dari analisis semiotik.




BAB III
STRUKTUR BANGUNAN NOVEL
PADANG SERIBU MALAIKAT
Berikut akan dianalisis dengan pendekatan strukural, struktur PSM dalam hal in terdapat tiga, yakni struktur naratif, penokohan dan latar.
3.1 Struktur Naratif
Teks naratif merupakan sebuah fakta semiotik , semiotik merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda, sedang sesuatu tersebut dapat dipandang sebagai tanda jika mewakili atau mengacu sesuatu. Chatman dalam Nurgiyantoro (1995: 27) menganggap bahwa pembagian unsur teks ke dalam unsur cerita dan wacana diatas belum cukup, Chatman dengan mendasarkan diri pada teori Saussure dan Hjemslev menambah rincian untuk kedua aspek diatas , yaitu masing-masing dengan aspek substansi dan bentuk. Dengan demikian, unsur teks naratif itu sebagai fakta semiotik terdiri dari unsur: substansi isi (substance of content), bentuk isi (form of content), substansi ekspresi (substance of expression), dan bentuk ekspresi (form of expression).
Analisis struktur naratif berusaha mengemukakan kembali teks PSM dengan menampilkan urutan tekstual.
3.1.1 Urutan Tekstual
Sebagai langkah awal dalam anlisis struktur naratif, akan dianalisis urutan tekstual dalam satuan cerita.Teks PSM terdiri dari 4 bab. Dan di tiap bab tidak diberi judul. Urutan tekstual ini menunjukkan pemilihan teks dalam sekuen yang ditandai dengan angka Arab. Kadang-kadang sekuen masih dibagi lagi dalam satuan yang lebih kecil.
1.Pejuang Afghanistan
1.Zain bocah yang berusia 11 tahun warga Afghanistan.Ia yatim piatu karena kekejaman komunis, ia menderita luka bakar di kakinya akibat serangan bom komunis.
2.Aminah kakak Zain, sangat sayang pada adiknya, ia memasakkan makanan buat adiknya.
3.Ketika Zain sholat, tiba-tiba serangan bom datang, Zain tetap khusuk sholatnya. Kemudian ia dan kakaknya mengungsi dari rumahnya menuju Peshawar dan bergabung dengan 4 juta warga Afgahnistan lainnnya.
4.Zain menjadi mata-mata untuk mlihat benteng pertahanan musuh.
2.Alexia wartawati The Frontier Post Peshawar.
1.Alexia berencana ke medan perang untuk meliput berita disana, ia penasaran dengan semangat juang pemuda Afghanistan yang tak gentar menghadapi peperangan, walau nyawa menjadi taruhan.
2.Alexia berpamitan dengan pembantunya yang bisu, Maryam seorang warga Afghanistan, ia menangis ketika tahu bahwa Alex pergi ke kampung halamannya.
3.Alex berpamitan kepada ayahnya yang seorang pastur menasehati Alex agar membawa misi kristen di tengah tugasnya menjadi wartawati.
4.Ayah Alex yang seorang misionaris berhasil mengkristenkan puluhan warga Afghanistan, tetapi ia tak mampu mengkristenkan pembantunya Maria, wanita itu begitu teguh dengan keimanannya.
5.Alex tiba diperkemahan dan bertemu dengan David Cardoto dan Elisabeth seorang dokter yang berasal dari negara Perancis. Selain menjadi dokter mereka mempunyai misi tertentu, yakni misi kristen dengan cara membacakan kitab Injil dan membagi-bagikan salib kepada para pasien.
3.Mujahid dari Indonesia
1.Dani seorang mahasiswa Indonesia yang diberkahi hidayah Alloh, ia memilih jihad di jalan-Nya daripada meneruskan kuliah ataupun menikah.
2.Dani dan beberapa temannya mendarat di Karachi, Pakistan lalu mereka menuju ke Peshawar untuk bergabung dengan para mujahid Alloh.
3.Dani danAhmad temannya bertemu Ustad Abdullah, beliau menjelaskan sedikit tentang berbagai daerah di Peshawar, mereka melihat pasar-pasar yang berisikan senjata-senjata untuk berperang.
4.Dani dan Ahmad seakan tak sabar ingin menuju kamp untuk berperang, mereka sudah satu bulan menunggu. Esoknya mereka ke kamp Jihadwal, Dani senantiasa berdzikir selama perjalanan ke kamp Jihadwal.
5.Malamnya Dani tak bisa tidur, ia rindu akan keluarganya dan mengakibatkan ia terlambat sholat subuh dan diberi hukuman, ternyata Ahmad temannya bernasib sama.
6.Latihan pertama sungguh memeberatkan Ahmad dan Dani, mereka disuruh membawa beban 15 kilo dan berjalan berpluh-puluh kilo mengakibatkan telapak kaki mereka terkelupas.
7.Setelah 55 hari, Dani mengamati dirinya yang makin kurus dari 106 kilo menjadi 80 kilo. Ahmad mendapatkan surat dari istrinya yang sedang hamil muda. Mereka menunggu panggilan jihad pekan ini.
8.Zain bertemu dengan Asdullah dan menyetorkan hafalan juz 28, sehabis dhuhur ia mendengarkan taujih dari Abu ‘Ashim, setelah selesai ia berbincang-bincang dengan Abu ‘Ashim, tetapi ketika mereka ngobrol serangan datang dan satu orang tewas yakni imam mereka Abu Ashim.
4.Kamp para pengungsi di Peshawar
1.Alex berkeliling melihat tenda para pengungsi. Alex kagum ketika melihat Aminah mengajar anak-anak mengaji, ia ingin berbincang dengan Aminah tetapi sikap Aminah yang kurang baik pada dirinya membuat ia takut, ia hanya memberi buku astronomi pada Aminah, buku itu tak pernah Aminah sentuh karena ia berfikir buku itu pemberian orang komunis.
2.Ketika Aminah mengajar, tiba-tiba ada seorang kakek yang pingsan, ia berlari meminta pertolongan dan Alex menolongnya.
3.Alex menuju ke kamp para mujahid berada, ia tercengang kagum akan suasana di kawasan itu, walau tempat kurang begitu layak tapi semangat para mujahid tak gentar
4.Perangpun dimulai Dani dan beberapa temannya mulai berjihad, ada salah satu orang yang syahid, mati di jalannya. Mereka segera menguburkan jenazah temannya yang sahid itu, Alex mengambil gambar upacara pemakaman tersebut, tetapi serangan datang dan Alex diselamatkan Dani.
5.Alex kagum pada keberanian Dani, ia bersimpati padanya
6.Para komunis menyerang dengan bom mereka dan Zainpun terkena salah satu serangan tetapi dapat diselamatkan Dani. Tetapi Dani jatuh di jurang dan tak diketahui nasibnya.
3.2 Penokohan
1.Dani
Pertama adalah tokoh utama Dani, ia seorang mahasiswa Indonesia yang memilih jihad dijalan Alloh daripada meneruskan kuliah ataupun menikah. Secara Fisiologis Dani adalah pemuda gendut, berpawakan tinggi besar.
“Alhamdulillah, akhirnya sampai juga . Wah, untung kau lumayan gemuk Dan, pasti tidak kedinginan!” Ledek Ahmad, teman dari Surabaya. Dani nyengir saja. Tubuhnya memang lumayan Over Wight, lebih dari seratus kilo.(hal. 68).
Dani adalah sosok yang kuat dan sabar
“Astagfirullah .....,” mulut Dani seketika ternganga . Beginikah akibatnya ketika berjalan sembilan kilo dan membawa beban 15 kg. Matanya terbelalak menatap kakinya yang melepuh. Alloh Akbar aku harus kuat. (hal. 84).
Ia juga rela berkorban demi temannya
“Terus..... panjat tubuhku, naiklah keatas Zain...’’ Suara Dani terdengar serak karena tubuhnya terhimpit Zain dan lereng jurang. Sementara itu Dani berusaha menggapai beberapa bebatuan untuk mendorong tubuhnya agar terangkat ke atas, tapi sia-sia ia terjatuh.
2. Zain
Sorang bocah yang berumur belasan tahun seorang anak yatim piatu akibat kekejaman komunis, merupakan bocah yang soleh, sabar dan pemberani.
Zain terluka disekujur tubuhnya karena pecahan bom karena pecahan bom, “Subkahanaalloh” pedih sekali kak. Bocah kecil itu senantiasa bersabar. (hal. 14)
Zain mendapat tugas yang tidak ringan. Memata-matai musuh di daerah benteng Jauni yang panjangnya sekitar 3 kilometer. (Hal. 27).
3. Aminah
Kakak Zain yang solehah, sabar dan cerdas
“Sabar ya Zain. Insya Alloh pedihmu akan diberi gantinya dengan yang lebih baik.’’ Hibur Aminah kepada adiknya sambil membacakan doa (hal.16).
“Lalu apa yang harus aku lakukan agar kakak perempuan Zain bersedia ikut dengannya, menempuh pendidikan di Sovyet? Batin Alex. Gadis itu tampak sangat cerdas, persisi seperti adiknya.’’ (hal. 123)
4.Alexandria
Wartawati The Frontier Post, Peshawar. Wanita yang cantik, berkacamata, dan punya misi tertentu disamping menjadi wartawati dan kagum pada Dani.
Nama gadis itu Alexandria, ia memainkan kacamata minusnya. Kakinya yang ramping menjuntai dibalut celana panjang berwarna khaki. Ia berkulit putih, cantik. (hal.88).
“Tentu sayang, kata ayahnya. Jangan lupa bawa misi kristen dalam setiap langkahmu. Alex mengangguk dalam-dalam. (hal. 47).
Dani tersentak terbangun dari lamunan karena kilatan lampu blitz menerpa wajahnya. Alex tersenyum menatap Dani beberapa meter dari tempatnya duduk. Ia heran mengapa Alex selalu berada didekatnya sejak ia selamatkan dari serangan bom itu, “ mungkinkah wanita itu kagum padaku, Dani beristigfar. “(hal. 184).
3.3 Latar
Moody(dalam Al-Ma’ruf, 2006: 107) mengartikan latar sebagai tempat, sejarah, sosial atau latar belakang cerita itu terjadi.
Dalam PSM ini berlatarkan di negeri kamp Jewer, propinsi Paktia Afghanistan dan di kota Peshawar.
BAB IV
DIMENSI SOSIAL KEAGAMAAN DALAM
NOVEL PADANG SERIBU MALAIKAT
Dalam analisis struktur karya pada bab IV terlihat dimensi sosial keagamaan mewarnai unsur-unsur dalam bangunan cerita PSM. Dengan pendekatan semiotik dimensi sosial keagamaan sangat tampak menonjol pada struktur naratif, penokohan, dan latar.
Dimensi sosial keagamaan dalam novel PSM menunjukkan kehidupan yang menginginkan perdamaian antar sesama saudara maupun beda agama, walaupun pengarang tidak berasal dari kota Afghanistan, dan tidak terjun langsung dalam pembuatan novel PSM, tetapi di Indonesia sendiri beberapa tahun lalu tepatnya di daerah Aceh juga mengalami peperangan antar umat beragama. Dan itu memberikan sedikit referensi pengarang untuk menulis novel ini.
Menurut Teeuw dalam Al-Ma’ruf (2006: 118) makna dan arti sebuah karya tidak mutlak ditentukan oleh niat penulis, tetapi tidak pula terjadi diluar kedirian penulis. Dengan demikian, pembaca disatu sisi mengetahui, bahwa dalam menghadapi karya sastra, dia berhadapan dengan pengarangnya. Di sisi lain secara konvensional pembaca mengetahui bahwa dia tidak terikat sepenuhnya kepada pengarang dan niatnya. Dalam hal ini situasi semiotik yang khas dan luar biasa memberikan kebebasan kepada pembaca. Itulah tegangan hakikat pengalaman membaca sebagai hakikat pengungkapan makna. Oleh karena itudengan pijakan tersebut dapat mengungkapkan nilai sosial dan agama dalam novel PSM
Dalam penulisan ini menunjukkkan, bahwa permasalahan PSM adalah dimensi sosial keagamaan. Dalam hal ini menyangkut kehidupan antar umat beragama, peperangan antar umat beragama dan pemurtadan dengan berkedok sosial. Timbul konflik sosial keagamaan dilatarbelakangi adanya proses sosial pada para tokoh yakni menyangkut hubungan patriotisme, kemerdekaan, sosial ekonomi, sosial moral dan sosial keagamaan.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia sebagai individu atau kelompok masyarakat. Dengan demikian, objek kajian sosiologi ialah proses hubungan antarmanusia dalam masyarakat (Aslinda dan Leni, 2007: 12). Agama merupakan keyakinan setiap manusia untyk percaya pada Tuhan, Agama juga dikatakan sebagai dien, pondasi untik kehidupan.
Menurut Poerwadarminto (1976: 18) agama merupakan segenap kepercayaan kepada Tuhan, dewa serta dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.
Menurut Poerdarminto (1976: 961) Sosial merupakan segala sesuatu yang mengenai masyarakat. Soekanto dalam Al-ma’ruf ( 2006: 120) menyatakan proses sosial merupakan cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang-perorang atau kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan.
4.1 Dimensi Sosial Keagamaan dalam Padang Seribu Malaikat
Kerukunan hidup antarumat beragama pada umumnya sangat diharapkan di kalangan masyarat. Yaitu dengan cara saling menjaga perdamaian, saling menghormati dan menghargai dengan saudara yang berbeda keyakinan. Di Indonesia sendiri, pemerintah mengambil kebijaksanaan yakni: 1) kerukunan intern umat beragama, 2) kerukunan antarumat beragama, 3) kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah.
Masalah sosial keagamaan khususnya tentang peperangan dan pemurtadan menjadi permasalahan yang tampak dominan dalam PSM ini, dengan latar belakang perebutan wilayah, yang menimmbulkan ketegangan dan konflik-konflik sosial yang melanda warga Afghanistan. Kita bisa melihat kisah nyata perilaku komunis terhadap warga Afghanistan. Dalam analisis berikut pembahasan akan difokuskan pada awal mula terjadinya peperangan, pemurtadan berkedok bantuan islam, hidup mulia atau mati syahid.
4.11 Asal Mula Perang Afghanistan
Masalah pertama yang disoroti dalam Padang Seribu malaikat adalah tentang peperangan di Afghanistan. Azzam (1991: 55-63) menyatakan tahun 1950 Amerika mencoba mempengaruhi dan membujuk Raja Dhahir Shah, untuk mengadakan revolusi kebudayaan menentang Islam. Dan berhasil, Raja menyelenggarakan pertemuan rakyat Afghanistan dan menentang wanita berkerudung. Para pemuda Afghanistan anggota organisasi Jamiyah Al-Islamiah kumpul di Peshawar, mereka mengatur strategi intuk berperang melawan pemikiran yang komunis. Rusia masuk ke Afghanistan tanggal 27 Desember, mereka juga ingin menjajah negeri Afghanistan. Tetapi perjuangan mujahidin telah memberi keyakinan kepada Rusia bahwa bangsa Afghanistan tidak akan mati, senjata apapun yang dipakai beruang merah tak mampu mengalahkan mereka. Suatu fakta nyatatiap hari Uni Soviet 40-60 $ untuk keperluan perang melawan Aghanistan. Hal itu dalam PSM disajikan lewat kata-kata Alex
“Hup Alex berhasil menaiki lembah. Dikejauhan ia melihat tenda para mujahidin. Mulutnya ternganga. Ya Tuhan, mereka begitu sederhana. Orang-orang seperti inikah yang sekian tahun merepotkan pemerintahan Rusia dan membuat mereka harus menganggarkan 250 juta Dollar setiap hari untuk biaya peperangan? ” (hal. 148).
Tim redaksi Hot Copy (2004: 4 dan 12) menyatakan bahwa 7 Oktober 2001 pukul 23. 27 (WIB). 5 ledakan besar yang mengguncangkan kota Kabul abu kota Afghanistan, Amerika telah menyerang. Mereka mempunyai kekuatan sangat kuat, strategi perang Amerika Serikat jauh lebih cerdik tetapi Taliban walau kalah dalam peralatan dan strategi Taliban memiliki medan ganas dan pejuang fanatik yang rela mati syahid.
“Alex melihat bangsa Afghanistan, terutama mujahidinnya seperti rombongan semut. Meski kecil dan lemah, tetapi tidak gentar dengan deru mesin perang dan dentuman peluru musuh-musuhnya” (hal. 59).
Tiap hari kaum komunis membantai puluhan rakyat Afghanistan dengan serangan bomnya, mereka menyerang para mujahid-mujahid Alloh.
“Tziuu.....Boooom!!! Sebuah roket atas rumah Aminah yang tinggal sepotong, mendarat persis di atas kepala Zain yang sedang duduk di antara dua sujud shalat dhuhur” (hal. 20).
Kondisi yang membuat hati miris, tiap hari nyawa melayang, anak-anak tak berdosa menjadi korban. Begitulah kenyataan yang dapat kita jumpai pada warga Afghanistan. Dimanakah moral dan rasa sosial para komunis?
4.1.2 Pemurtadan berkedok bantuan sosial
Murtad menurut Poerwadarminto (1976: 664) merupakan seseorang yang tidak setia pada agamanya. Meurut Al-Ma’ruf (2006: 132) pemurtadan merupakan keluar dari agamanya, seseorang yang keluar dari agamanya dilakukan dengan kesadaran. Tetapi banyak masyarakat menjadi korban pemurtadan akibat kurang pengetahuan tentang agama Islam. Orang-orang kafir tidak akan pernah berhenti mengatur segala strategi untuk memerangi umat Islam, seperti dalam Firman Alloh menegaskan pada Q.S Al- Baqarah: 217
“........Dan mereka itu akan terus memerangi kalian sampai kalian murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka sanggup........
Strategi mereka sangat cerdik, salah satu contohnya dengan berkedok sosial kemanusiaan mereka membagikan sembako kepada fakir miskin, tetapi mereka juga membawa misi tertentu, agar orang tersebut bersimpati dan mengikuti agama mereka.
“Selama ini ayahnya Alex telah sukses dengan misi-misinya. Empatjuta pengungsi yang ditampung di Peshawar nasibnya buruk, penderita berbagai penyakit, kekurangan sandang, pangan dan papan. Ayah dan misi misionarinya begitu gigih membantu dengan tujuan membawa misi kasih sayang Yesus” (hal.44).
Mereka juga menggunakan jabatan mereka untuk membantu misi mereka, contohnya menjadi seorang guru dan mendidik mereka sambil menyebarkan dan meyakinkan agama merekalah yang paling benar, padahal perlu diketahui Islam adalah agama rahmatal lil ‘alamin dan tak ada paksaan untuk memeluk agama yang diridhoi Alloh ini. Seperti firmanNya dalam Q.S Al- Baqoroh: 256)
“Tidak ada paksaan dalam menganut agama (Islam), sesungguhnya telah jelas perbedaan antara jalan yang benar dan jalan yang sesat........”
“.....Alex menatap buku-buku kecil yang berada dalam kardus besar yang berisi Injil, ternyata para dokter itu selalu membacakan Injil kepada para pasien dan membagikan salib agar mereka sadar bahwa Yesus adalah penolong”(hal. 56).
Begitulah kondisi yang terdiskripsikan dalam PSM, mungkin bukan hanya dalam dunia fiksi saja kerena kita dapat mengetahui, negeri-negeri Islam yang terjajah seperti Afghnistan, Palestina memebutuhkan bantuan sandanh, pangan, papan bahkan ahli kesehatan yang tentunya dapat memeperkuat akidah mereka.
4.1.3 Hidup mulia atau mati syahid
“ ‘Isyi Kariman Au Mut Syahidan (Hidup mulia atau mati syahid) ”. adalah semboyan para mujahid, Syahid menurut Poerwadarminto (1976: 985) merupakan saksi (bagi kebesaran agama Islam), orang mati demi membela agama Islam. Para pemuda Afghanistan rela berperang, mengorbankam harta bahkan jiwa mereka demi agama Alloh, mereka rela mati daripada Islam terinjak-injak komunis. Mereka berjihad demi kemenangan Islam dan mencapai rahmatNya, seperti dalam firmanNya (Q.S Al-Baqoroh: 218).
“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Alloh, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Alloh. Alloh maha pengampun, maha penyayang”. Seperti dalam PSM
“Hampir seluruh anggota kamp yang baru mengalami cobaan. Taujih yang berisi kesabaran, keistiqomahan, indahnya pengorbanan, dan jihad ditebarkan dalam sanubari seluruh mujahidin” (hal. 84-85).
Panggilan jihad di bumi Alloh wajib kita penuhi, bukankah memebela agamaNya merupakan kewajiban bagi setiap muslim, bahkan dalam PSM ini seorang anak kecil (Zain) yang rela mengorbankan jiwanya, keberaniaanya menghadapi komunis, kesolehannya merupakan bentuk pengabdianNya pada Alloh.
“ Zain adik laki-lakinya terluka di sekujur tubuhnya karena pecahan bom, dan ia tetap sabar, bahkan tahmid, tasbih dan takbir senantiasa ia ucapkan tatkala pedih di sekujur tubuhnya mengalami sakit yang luar biasa” (hal. 14).
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan analisis struktur novel Padang Seribu Malaikat karya Izzatul Jannah. Dan analisis makna dimensi sosial keagamaaan yang terkandung di dalamnya, dapat disimpulkan sebagai berikut.
Dari analisis struktur bangunan novel Padang Seribu Malaikat dengan pendekatan struktural, dapat disimpulkan bahwa novel Padang Seribu Malaikat memiliki unsur-unsur yang secara fungsional saling mendukung. Struktur naratif secara tekstual dinamis. Penokohan dalam novel Padang Seribu Malaikat menunjukkan karakter yang beragam dan logis sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing dalam gagasan utama. Latar cerita juga turut mendukung penokohan dan gagasan utama novel ini yakni dimensi sosial keagamaan.
Dari analisis makna dapat disimpulkan bahwa novel Padang Seribu Malaikat dengan pendekatan Semiotik, dapat disimpulkan bahwa novel tersebut mengungkapkan dimensi sosial keagamaan sebagai gagasan utama dalam alur cerita yang kompleks namun tetap lancar. Makna dimensi sosial keagamaan dalam PSM adalah peperangan di Afghanistan menjadi konflik sosial dan keagamaan. pemurtadan dengan berkedok sosial merupakan strategi orang kafir agar umat Islam mengikuti agama mereka. Hidup mulia atau mati syahid merupakan semboyan dan motivasi para mujahidin Afghanistan.
Agama merupakan petunjuk seseorang untuk mencapai kehidupan dunia akhirat. Dalam beragama dibutuhkan akidah yang kuat karena dengan adanya akidah yang teguhdapat membentengi kita dari tipu muslihat musuh-musuh Alloh.










DAFTAR PUSTAKA
Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2006. Dimensi Sosial dan Keagamaan dalam Fiksi Indonesia Modern. Solo: Smart Media.
Aslinda dan Leni Syafyahya. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT Refika Aditama.
Azzam, Abdullah. 1991. Perang Afghanistan. Jakarta: Gema Insani.
Jannah, Izzatul. 2001. Padang Seribu Malaikat. Solo: Era Intermedia.
Nurgiyanto, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Poerwadarminto, W. J. S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sugihastuti dan Rossi. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tim Redaksi: Hot Copy. 2004. Dibalik Perseteruan AS VS Taliban. Jakarta; Gramedia Pustaka.













DIMENSI SOSIAL KEAGAMAAN
NOVEL PADANG SERIBU MALAIKAT
KARYA IZZATUL JANNAH
Tugas akhir ujian Pengkajian Fiksi
Dosen Pengampu:Dr. Ali Imron Al- Ma’ruf ,M.Hum









Disusun Oleh
NN
(A310080079)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2010


























Tidak ada komentar:

Posting Komentar