Rabu, 19 Januari 2011

CONTOH MEMBUAT KRITIKAN DRAMA


RESENSI TEATER
BEOKU, BURUNGKU, CINTAKU
DALAM ”MALAM JAHANAM”

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengkajian Drama
Dosen Pengampu: Dr. Al Imron Al-Ma’ruf, M. Hum













Disusun Oleh:

Ahmad Safi’i
A 310 080 079





PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011

BEOKU, BURUNGKU, CINTAKU
  1. Pendahuluan
  1. Judul Lakon : Malam Jahanam
  2. Sutradara : Deddy Deden
  3. Pemain
  1. Darmawan sebagai Mat Kontan
  2. Fajar sebagai Soleman
  3. Ulya sebagai Paijah
  4. Aris sebagai Utai
  5. Wahyu sebagai Pak Pijat
  1. Teater : Wejang
  2. Pelaksanaan
  1. Tempat : Taman Budaya Jawa Tengah
  2. Hari : Senin
  3. Tanggal : 20 Desember 2010






  1. Sinopsis
BEOKU, BURUNGKU, CINTAKU
Paijah yang setiap malam selalu ditinggal entah kemana perginya suaminya yang bernama Mat Kontan. Paijah etiap malam hanya ditemani oleh seorang yang mempuyai keterbelakangan mental yaitu bernama Utai. Utai setiap malam selalu mendatangi rumah paijah. Meskipun kedatangan Utai mendapat perlakuan yang tidak enak dari Paijah.
Pada malam itu Paijah mengungkapkan apa yang dia rasakan dalam bahtera rumah tangganya itu kepada Soleman. Paijah bercerita perihal masalah yang dialaminya yang tidak merasakan kebahagian dalam membina bahtera keluarga bersama Mat Kontan. Soleman empati mengenai kesedihan yang menyelimuti jiwa Paijah.
Mat Kontan setiap pulang ke rumah tidak pernah mengurusi anak dan istrinya. Dia hanya mementingkan kesenangannya pribadi tidak ingin mengerti perasaan yang diderita istrinya. Mat Kontan lebih mementingkan hewan peliharaannya daripada nasib keluarganya. Mat Kontan pun sering bemain judi dan melalaikan tanggung jawabnya untuk menafkahi keluarganya. Paijah sangat gelisah dan sedih melihat tingkah laku suaminya yang tidak mau peduli akan keluarganya. Mat Kontan tidak memperdulikan nasib anaknya mekipun anaknya sedang sakit. Dia malah mementingkan nasib burung – burung peliharaannya itu. Setelah Soleman pulang menangkap ikan di alut dia menyindir Mat Kontan dengan kata – kata yang sangat tak enak didengar telinga. Namun Mat Kontan tidak terpengaruh sama sekali oleh sindiran Soleman. Mat kontan benar-benar merasa bangga dengan kelahiran anak tersebut. Selain terlihat tampan, anak itu begitu terlihat sempurna. Sehingga Mat Kontan pun juga senantiasa bangga dan besar kepala. Karena ia merasa bahwa ketampanan anaknya itu mirip dengan dirinya. Tapi Mat Kontan tidak mengetahui bahwa anak yang ia bangga-bangga kan selama ini bukan anak kandungnya. Meskipun Mat Kontan selalu membangga-banggakan anak dan istrinya di depan teman-temannya, namun dia tidak pernah memberikan nafkah batin terhadap mereka.
Paijah adalah sosok gadis cantik yang selalu dibangga-banggakan oleh suaminya didepan teman-teman suaminya. Di luar rumah, Paijah selalu dibangga-banggakan oleh suaminya, namun di rumah ia tidak pendapatkan perhatian lebih dari suaminya. Dia selalu merasa kesepian. Dirinya selalu digantikan oleh burung-burung peliharaan suaminya. Karena suaminya lebih memperhatikan burung-burung peliharaannya dari pada memperhatikan dia, istrinya yang selalu dibangga-banggakan kecantikannya jika di luar rumah.
Semakin lama, batinnya semakin tersiksa. Karena dia tidak diperhatikan, dia merasa tidak dianggap sebagai seorang istri. Hingga pada suatu hari, Paijah mendapatkan perhatian lebih dari tetangganya bernama Soleman. Laki-laki yang belum beristrikan ini, selalu memperhatikan Paijah dan menemani Paijah ketika suaminya Si Mat Kontan pergi meninggalkan dia untuk mencari burung untuk ia pelihara. Sejak saat itu, hubungan Paijah dengan Soleman menjadi hubungan yang lebih dari sekedar tetangga.
Kedekatan hubungan Paijah dengan Soleman tidak diketahui olah Mat Kontan. Saat Paijah mengandung buah dari hubungan gelapnya dengan Soleman pun Mat Kontan tidak menaruh rasa curiga sama sekali. Hingga anak itu lahir, Mat Komtan tidak menyadari bahwa anak yang dilahirkan oleh istrinya itu, bukan anak kandungnya. Semua itu terjadi karena Mat Kontan benar-benar tidak pernah memperhatikan istrinya.
Mat Kontan selalu sibuk dengan dirinya sendiri. Kebiasaannya memelihara burung benar-benar mengalihkan perhatiannya. Burung-burung peliharaannya terus menyita perhatiannya hingga ia melupakan istrinya dan tidak menyadari bahwa istri yang ia bangga-banggakan itu telah berselingkuh dibelakangnya dengan tetangganya sendiri. Bahkan setelah anak yang dikandung istrinya itu lahir, Mat Kontan juga sering membangga-banggakan anak yang bukan anak kandungnya itu di depan teman-temannya.
Mat kontan benar-benar merasa bangga dengan kelahiran anak tersebut. Selain terlihat tampan, anak itu begitu terlihat sempurna. Sehingga Mat Kontan pun juga senantiasa bangga dan besar kepala. Karena ia merasa bahwa ketampanan anaknya itu mirip dengan dirinya. Tapi Mat Kontan tidak mengetahui bahwa anak yang ia bangga-bangga kan selama ini bukan anak kandungnya. Meskipun Mat Kontan selalu membangga-banggakan anak dan istrinya di depan teman-temannya, namun dia tidak pernah memberikan nafkah batin terhadap mereka.
Bahkan ketika anaknya sakit, Mat Kontan terkesan acuh terhadap keadaan anatnya tersebut. Dilain pihak. Justru Soleman yang lebih memperhatikan keadaan Paijah dan anaknya. Soleman benar-benar mengkhawatirkan keadaan anak hasil dari perselingkuhannya itu dengan Paijah. Saat Mat Kontan baru pulang dari menangkap burung pun, ia tidak langsung memperhatikan, menanyakan atau pun memeriksakan keadaan anak nya yang sedang sakit itu. Ia hanya memperhatikan burung-burung peliharaannya saja. Mat Kontan hanya suka memperhatikan burung-burung peliharaannya. Ada seekor burung yang benar-benar mampu mengalihkan perhatian Mat Kontan terhadap anak dan istrinya itu. Burung itu adalah Si Beo. Si Beo merupakan burung cerdas kebanggaan dari mat kontan. Ia mampu menirukan suara-suara dan kata-kata dari majikannya. Karena kepintaran birung itulah, Mat Kontan sangat menyayanginya lebih dari anak dan istrinya.
Hingga pada suatu hari, kepandaian bicara burung beo itu membuat Soleman dan Paijah meradang. Burung itu selalu menirukan perkataan yang diucapkan oleh Paijah ketika ia sedang berdua bersama Soleman. Karena Soleman merasa takut dan hawatir bahwa perselingkuhannya diketahui oleh Mat Kontan atas ‘pengaduan’ dari beo tersebut, Soleman pun membunuh burung beo itu dan membuangnya di dekat sumur. Bangkai burung yang telah gigit seekor anjing itu lantas di pergoki oleh Utai. Sesosok laki-laki yang memiliki keterbelakangan mental.
Pada awalnya, karena terlalu sibuk dengan kegemarannya mencari burung dan bermain kartu bersama teman-temannya, Mat kontan tidak menyadari bahwa burung kesayangannya telah tidak ada. Ia sangat terkejut setelah mendapati kandang beo itu kosong. Karena ia sangat panik, ia pergi ke ahli nujum untuk menanyakan kemana kepergian burung kesayanggannya itu. Tanpa memikirkan anaknya yang sedang sakit, Mat Kontan justru khawatir dengan keadaan beonya dan tanpa berpikir panjang, ia langsung bergegas pergi menemui ahli nujum tersebut.
Seperginya Mat Kontan dari rumah menemui ahli nujum itu, Paijah lantas menemui Soleman. Awalnya Paijah hanya ingin menceritakan kecemburuannya terhadap perbuatan suaminya yang lebih mementingkan burung peliharaannya dari pada anaknya yang sedang sakit. Namun perasaan Paijah berubah menjadi panik setelah mengetahui bahwa burung itu dibunuh oleh kekasih gelapnya sendiri. Paijah khawatir kalau hubungan perselingkuhan mereka diketahui oleh suaminya setelah suaminya datang dari rumah ahli nujum itu. Paijah takut kalau rahasia mereka terbongkar. Seketika itu juga, Soleman menenangkan hati Paijah. Ia meyakinkan Paijah bahwa dirinya akan menghadapi semua resikonya. Apapun yang terjadi, Soleman akan tetap berada dipihak Paijah dan selalu membelanya.
Tidak beberapa lama, Mat Kontan pun pulang. Dengan hari gusar Paijah menyambutnya. Namun ternyata, ahli nujum yang didatangi oleh suaminya itu telah meninggal beberapa hari yang lalu. Namun kegusaran Paijah tidak lantas sirna melainkan semakin menjadi ketika melihat suaminya marah besar terhadap dirinya karena tidak bertanggung jawab atas hilangnya beo tersebut. Kemarahan Mat Kontan semakin menjadi-jadi ketika ia mendengar Utai mengatakan bahwa leher burung beo tersebut berdarah-darah digifit anjing.
Akhirnya karena melihat Soleman yang hanya bisa diam karena takut, tidak mau mengakui hal yang sebenarnya, Paijah justru menutupi kebohongan Soleman dengan mengaku pada Mat Kontan bahwa dial ah yang telah membunuh boe tersebut. Paijah mengaku, ia membunuh beo tersebut karena ia sakit hati dengan ‘perkataan’ beo yang selalu mengejeknya. Melihat Paijah mencoba menutupi kebohongan itu, Soleman justru semakin membisu dan tidak mau membela Paijah seperti yang telah ia janjikan sebelimnya. Melihat hal tersebut, Paijah merasa geram dan akhirnya mengakui juga tentang perselingkuhannya dengan Soleman. Bahkan Paijah juga mengatakan bahwa anak itu bukan anak kandung Mat kontan.
  1. Hasil Kajian
  1. Acting
Ackting dari setiap pemain terlihat bagus, dan terlihat menyatu dengan tokoh yang sedang diperankannya. Penguasaan emosional dan ekspresi wajah menunjukkan betapa kerasnya para pemain ini berlatih, mempersiapkan diri sebelum pementasan ini dipentaskan. Penjiwaan dari setiap pemainnya sudah baik meskipun masih ada hal-hal yang perlu untuk lebih ditingkatkan.
Namun ada kekurangan dalam segi acting pada tokoh yang bernama Mat Kontan. Peran mat Kontan sangatlah datar. Ketika dia harus beradegan marah mimic mukanya tidak sama sekali mencerminkan kalau dia edang marah. Peran Mat Kontan sangat datar.

  1. Setting
Penataan setting tempat pada pementasan teater malam jahanam menurut saya masih banyak hal yang perlu dibenahi. Penggambaran suasana di sekitar rumah masih dirasa kurang. Terlebih lagi tidak Nampak jelas dimana sebenatnya setting rumah yang menjadi latar pementasan teater ini. Desa itu berada di daerah pegunungan, atau pun di daerah pantai, tidak ada kejelasan akan hal itu.
Ada sebuah adegan yang diperankan oleh Soleman, yang beracting membawa sebuah jala. Hal tersebut nenyiratkan bahwa pekerjaannya adalah sebagai seorang pencari ikan. Akantetapi dilain pihak, tidak ada suara ombak yang menandakan bahwa rumah dimana Soleman tinggal adalah di tepi pantai, sedangkan Soleman pergi mencari ikan dengan berjalan kaki. Hal tersebut menumbuhkan penafsiran yang rancu.
  1. Lighting
Penataan lampu atau Lighting pada pementasan itu saya rasa sudah cukup baik. Karena dalam pemilihan warna filter lampu sangat tepat untuk menggambarkan situasi di pantai. Dan selain itu tata letak lampu sangat tepat pada bloking – bloking yang dilakukan oleh para pemain dalam pemantasan itu.

  1. Kostum
Pemilihan kostum yang digunakan dalam pementasan teater Malam Jahanam menurut saya sudah sesuai. Hal itu terlihat bahwa ada perbedaan yang cukup jelas antara Pak Pijat dengan aktor yang lainnya. Pak Pijat dalam pementasan ini digambarkan sebagai Laki-laki tua yang buta. Kostum yang dipakai pun dilengkapi dengan pemakaian tongkat kayu dan kopyah atau peci seperti yang dipakai seorang laki-laki tua, buta pada umumnya.
Diluar dari pada itu semua, ditel dari pemakaian kostum oleh para pemain seharusnya untuk lebih diperhatikan. Karena sandal yang dipakai oleh salah satu pemain terlihat kebesaran. Hal itu sedikit mengganggu pemandangan penonton terlebih karena sandal yang dipakai kebesaran sehingga menimbulkan suara yang gaduh, sehingga mengalihkan perhatian penonton.

  1. Rias
Tata rias pada pemain teater sangat berkaitan erat denga kostum yang digunakan. Rias dapat menjelaskan keseluruhan peran yang dimainkan oleh seorang aktor maupun aktris yang telah memakai kostum seperti sosok peran yang dimainkan. Antara rias dan kostum merupakan dua unsure penting dalam sutu pementasan yang tidak dapat dipisahkan dan saling melengkapi.
Penggunaan rias dalam teater ini sudah bagus, namun terlihat kurang memperhatikan ha-hal kecil seperti bedak. Bedak yang digunakan oleh tokoh Soleman terlihat begitu tebal. Karena Fajar, pemeran tokoh Soleman dalam teater ini telah memiliki kulit yang putih, sehingga wajahnya terliat begitu putih. Hal tersebut tidak sesuai dengan provesi Soleman sebagai seorang pencari ikan.
  1. Plot/Alur
Alur yang digunakan dalam teater ini merupakan alur maju. Karena ceritanya dimulai dari pengenalan tokoh, permasalahan, klimaks, anti klimaks dan penyelesaian. Teater ini diakhiri denga pengakuan perselingkuhan antara Paijah dengan Soleman diakhir cerita dan menimbulkan akhir cerita yang menyedihkan.
  1. Blocking
Penempatan posisi pemain saat berakting memperlihatkan bahwa sebelum teater ini dipentaskan segala sesuatunya telah dipersiapkan. Termasuk latihan yang telah dilakukan para pemain sebagi bentuk persiapan sebelum pementasan. Dalam pementasan ini, terdapat beberapa kali blocking yang tidak tepat sehingga pemain membelakangi penonton. Terlebih ketika dialog yang diucapkan tidak jelas, maka penontan secara otomatis bingung dengan hal yang dilakukannya.

  1. Musik
Musik yang dipilih dalam pementasan ini benar-benar sesuai dengan hal-hal yang dirasakan oleh pemainnya. Peselingkuhan, sakit hati, dan kesedihan dalam music yang dipilih, telah mewakili tema yang sama dalam pementasan teater ini. Penonton ikut terhanyut dalam rasa yang sama ketika mendengarkan musik yang dipilih untuk mengiringi pementasan teater ini. Akhirnya, penonton memiliki kesan tersendiri setelah selesai menyaksikan pertunjukan teater Malam Jaham tersebut. Namun seharusnya juga diiringi dengan tambahan suara gemruhnya ombak dilaut untuk menyesuaikan dengan setting kehidupan di pesisir pantai.
  1. Improvisasi
Dalam pementasan ini beberapa kali terlihat pemain masih mencoba mengingat-ingat dialog yang akan diucapkannya. Selain itu, beberapa kali pemain lupa dengan dialognya namun tetap mencoba untuk mengingat-ingatnya menyampaokan dialog yang benar tanpa mau mencoba untuk mngubah dengan dialog lain yang selaras dengan lawan mainnya. Sehingga terjadi beberapa kali pengucapan salah yang di ulang-ulang sehingga menimbulkan tawa bagi penonton.

4 komentar: