Rabu, 19 Januari 2011

CONTOH SKRIPSI SASTRA DI TINJAU DARI ASPEK SOSIOLOGI SASTRA

ASPEK SOSIAL DALAM KUMPULAN CERPEN PROTES KARYA PUTU
WIJAYA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Menempuh Derajad S-1
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
]
Diajukan oleh :
TRI SAKTI MURTI ASTUTI
A310060096
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Wujud karya sastra mempunyai dua aspek penting, yaitu isi dan
bentuk. Isinya adalah tentang pengalaman hidup manusia, sedangkan
bentuknya adalah segi-segi yang menyangkut cara penilaian yaitu cara
sastrawan memanfaatkan bahasa yang indah untuk mewadahi isinya (Semi,
1988: 8). Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan
Warren, 1990: 3).
Menurut Pradopo (2003: 113) karya sastra dicipta oleh pengarang ia tidak
terlepas dari masyarakat dan budayanya . Seringkali sastrawan menonjo lkan
kekayaan budaya masyarakat, suku bangsa, atau bangsanya. Hal ini tampak
lebih dalam karya sastra Indonesia sejak tahun 1970, meskipun sebelumnya
latar sosial budaya ini juga tampak (tentu saja) dalam karya sastra Indonesia.
Menurut Pradopo (2007: 62) dalam menilai karya sastra haruslah
diketahui norma -norma karya sastra. Oleh sebab itu, tak dapatlah kita
meninggalkan pekerjaan mengurai atau menganalisis karya sastra.
Ratna (2004: 60) menyatakan bahwa pada dasarnya antara sastra
dengan masyarakat terdapat hubungan yang hakiki. Hubungan-hubungan yang
dimaksud disebabkan oleh (a) karya sastra oleh pengarang, (b) pengarang itu
sendiri adalah anggota masyarakat, (c) pengarang memanfaatkan kekayaan
1
2
yang ada dalam masyarakat dan, (d) hasil karya itu dapat dimanfaatkan
kembali oleh masyarakat.
Banyak karya sastra dihasilkan melalui tangan-tangan sastrawan yang
berbakat, yaitu puisi, novel, cerpen, drama, dan lain sebagainya. Cerpen
merupakan bagian dari karya sastra yang banyak sekali mengandung makna-
makna kehidupan tergantung tema apa yang diangkat.
Menurut Ari (2006) cerita pendek cenderung kurang kompleks
dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya memusatkan perhatian
pada satu kejadian, mempunyai satu plot, latar yang tunggal, jumlah tokoh
yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat. Dalam bentuk-bentuk
fiksi yang lebih panjang, ceritanya cenderung memuat unsur -unsur inti
tertentu dari struktur dramatis , yaitu eksposisi (pengantar latar, situasi dan
tokoh utamanya), komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperken
alkan
konflik dan tokoh utama), komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang
memperkenalkan konflik), aksi yang meningkat, krisis (saat yang menentukan
bagi si tokoh utama dan komitmen mereka terhadap suatu langkah), klimaks
(titik minat tertinggi dalam pengertian konflik dan titik cerita yang
mengandung aksi terbanyak atau terpenting), penyelesa pan (bagian cerita di
mana konflik dipecahkan), dan moralnya (http:id.Wikipedia.org,diakses
tanggal 16 Februari 2010).
Melakukan analisis karya sastra khususnya cerpen tidaklah mudah.
Karena banyaknya cerpen yang bermutu tinggi yang dihasilkan. Selain
menggunakan gaya bahasa yang sulit dimengerti juga maknanya ditujukan
3
terhadap suatu masalah yang terjadi di lingkungan sekitar. Masalah tersebut
bisa berupa masalah yang menyangkut politik, ekonomi, hukum, dan
sebagainya.
Salah satu cerpen yang bermutu tinggi adalah cerpen-cerpen karya
Putu Wijaya. Isinya banyak menceritakan persoalan yang terjadi di
masyarakat khususnya masyarakat miskin . Tentu saja pengarang menulis
karya sastra mempunyai tujuan yang akan disampaikan. Nilai-nilai yang
terkandung dalam karya sastra beraneka ragam, misalnya nilai moral, sosial,
agama, politik, ekonomi, dan budaya. Dalam kumpulan cerpen Protes karya
Putu Wijaya terkandung nilai sosial karena sebagian besar cerpennya memuat
kritik yang ditujukan terhadap ketimpangan sosial yang terjadi dalam
masyarakat. Ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat akibat kesejahteraan
yang tidak merata, ada yang berlebih dan ada pula yang kekurangan.
Putu Wijaya dalam karyanya mencoba mengungkap ketimpangan
-
ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat. Ketimpangan tersebut dapat
berupa kemiskinan, Perilaku sewenang-wenang penguasa, dan kesenjangan
sosial Kemiskinan merupakan hal yang paling penting untuk dibahas karena
.
termasuk aspek sosial yang paling banyak terjadi. Kekuasaan merupakan
media untuk menyejahterak rakyat, tetapi sekarang banyak penguasa yang
an
menyalahgunakan tujuan utama tersebut menjadi sarana untuk menindas
rakyat. Akibat dari kemiskinan dan perilaku otoriter penguasa dapat
menyebabkan kesenjangan sosial antara rakyat dan pemimpinnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar